Sagara-4

1.2K 161 23
                                    

◇◇◇

Indah tidak pernah tidak khawatir jikalau melihat putra semata wayangnya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Sebagai seorang ibu, hati siapa yang tidak sakit melihat anaknya kesakitan barang seujung jari pun. Indah hanya ingin melihat putranya baik-baik saja. Kalau bisa semua rasa sakit yang Saga derita biar Indah saja yang menanggungnya. Namun, sekali lagi hidup itu sesuai skenario Tuhan, bukan si pemilik raga.

Beberapa saat lalu, Indah mendapat telepon bahwa putranya masuk rumah sakit. Indah yang panik pun segera menyusul ke rumah sakit di mana Saga dirawat. Dan sesampainya di sana, ia melihat putranya masih menutup mata bersama seorang anak yang masih berseragam putih biru yang tertidur di sofa. Indah pun mendekati Saga lalu melihat keadaannya yang sepertinya sudah lebih baik, terbukti dari helaan napasnya yang teratur meski harus memakai alat bantu.

Indah mengerutkan kening saat melihat ada bekas memar di pipi kiri Saga. Lantas tangannya terangkat guna mengusapnya secara perlahan. Agak miris sebetulnya, mengingat Saga yang tak pernah di kasari, baik olehnya, maupun mantan suaminya. Selain itu, Indah juga tahu kalau putra tercintanya itu adalah sosok lelaki yang lembut. Selama ini, tak pernah sedikit pun ia dengar Saga bermasalah.

"Ibu nggak percaya kamu berantem, istirahat yang tenang sayang." Ia mencium kening sang putra.

Setelah itu ia berbalik dan mendekati anak asing tadi. "Nak, walaupun Ibu nggak tahu kamu siapa, tapi terima kasih banyak sudah menolong anak Ibu." Indah mengambil selimut lain dilemari yang tersedia lalu menyelimuti Aditya––anak tersebut.

Siapa sangka kalau pergerakan kecil itu rupanya mampu membangunkan Aditya. Sepertinya anak itu tidak tidur terlalu nyenyak.

"Oh maaf, Ibu ini Ibunya A Saga?" tanyanya. Ia tahu nama Saga dari kartu pelajarnya saat ia membantu membawa Saga bersama seorang supir taksi.

Indah mengangguk. "Kamu nggak dicariin Ibu kamu, Nak? Ini sudah malam banget lho, mau Ibu anter pulang?"

"Nggak apa-apa Bu, Adit udah izin kok sama Teteh."

Indah tersenyum hangat. "Teteh kamu pasti cantik, ya? Kamu aja ganteng gini, gemes banget Ibu jadinya keinget Saga yang masih seusia kamu."

Aditya hanya tersenyum seraya menganggukkan kepala, mendengarkan cerita Indah. "Ini udah malem, ngomong-ngomong Adit udah makan belum?"

Aditya hanya menggelengkan kepalanya. Jangankan makan, ia bahkan belum pulang ke rumah sejak jam sekolah selesai, ia hanya pamit pada sang kakak untuk menginap di rumah temannya.

Indah menatapnya tak percaya. "Makan dulu, yuk? Hayu Ibu temenin."

"Tapi Bu, nanti A Saga sendirian."

"Nggak apa-apa, udah biasa kok."

Aditya pasrah, ia pun mengangguk. Kini keduanya berjalan bersama menuju kantin rumah sakit yang buka 24 jam.

"Ibu bilang udah biasa, emangnya A Saga sakit apa gitu, Bu?"

Indah tampak berpikir dahulu sebelum menjawabnya. "Cuma kecapekan aja kok. Lagian anaknya ngeyel, udah tahu fisiknya begitu, masih aja mau bantu Ibu cari uang."

Sagara [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang