◇◇◇
Seperti bunga yang bermekaran, begitulah perasaan Nadine saat ini. Ia merasa sangat bahagia, padahal ia hanya sedang menikmati minuman boba kesukaannya dengan ditemani Saga yang kini tengah memberi makan kucing jalanan. Memang benar kata orang, bahagia itu sederhana.
Sabtu sore sekitar pukul 4, Saga datang tiba-tiba dan meminta izin pada Aditya untuk membawa Nadine jalan-jalan, hingga sampailah keduanya di Taman Musik Centrum.
"Jangan senyum terus, Na. Kasihan bunga-bunga di sini, nanti kalah cantik sama kamu," ucap Saga yang kini menghampiri gadis itu. Kemudian ikut duduk di sebelah Nadine.
"Saga mah gitu, seneng banget godain aku."
"Bukan godain, aku cuma bicara fakta, Na."
Saga tidak tahu saja kalau kini jantung Nadine hampir melompat dari tempatnya. Bahkan pipinya saja sudah merah seperti pipi badut. Saga yang melihatnya hanya tertawa gemas.
"Na, sini lihat deh."
Nadine menoleh dan Saga segera mengambil gambarnya. Nadine terkejut, ia panik karena wajahnya pasti sedang tidak bagus saat itu, apalagi ia tengah mengunyah boba.
"Saga! Jail pisan ih, aku jelek banget pasti. Hapus ah!" rajuknya dengan raut wajah tertekuk. Sementara itu, Saga hanya tersenyum lebar sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya. "Cantik kok, lucu."
"Lucuan mana sama kucing?"
"Lucuan kucinglah."
Nadine mempoutkan bibirnya. Ia melirik pada si kucing yang sedang menjilati tangannya. Nadine bahkan memberikan tatapan tajamnya yang membuat si kucing mengeong— mungkin merasa terancam.
"Kamu itu cantik, Na. Kalau kucing baru lucu."
"Terus apa atuh tadi kamu bilang lucu?"
"Ya, lucu aja, tapi masih lucuan kucing, hehe."
"Iih dasar! Bisa ngeselin juga ya, kamu Ga?" Tidak tahan dengan tingkah lelaki dihadapannya itu, Nadine pun mencubit hidung Saga. "A-ah! kok aku dicubit sih, Na? Sakit tahu."
"Ya abis gemes tahu enggak? Kalau bisa gigit, aku pengennya gigit telinga kamu aja," geramnya.
"Eh itu Teh Nana, 'kan?"
Sontak saja keduanya terdiam—kala melihat beberapa remaja perempuan yang baru saja memperhatikan keduanya. Mereka sampai menunjuk-nujuk Nadine sambil berbisik lalu tertawa kecil.
"Iya ih, itu siapa ya? Pacarnya kitu?"
"Meni kasep pisan, ih gemes jadina."
"Cocok nya, geulis sareng kasep."
Desas desus itu rupanya sampai terdengar oleh telinga Nadine maupun Saga. Keduanya saling menatap kemudian tersenyum menanggapi mereka yang sepertinya merupakan followers Nadine di Instragram.
"Jawab dong, aku pacar kamu bukan?"
"Bukan. Emang kapan kamu ngajak pacaran?"
"Mau sekarang juga hayu." Saga menaikkan sebelah alisnya.
Nadine tamoak kebingungan. Ia tidak tahu apakah Saga sedang serius atau bercanda. Gadis itu hanya takut kalau Saga hanya iseng dan dia yang terlalu percaya diri. Karenanya Nadine tidak akan memperjelasnya. Kalau memang Saga serius, pasti akan ada ucapan lain yang bisa lebih meyakinkan, pikirnya.
"Tau ah, nggak jelas banget. Eh iya Ga, kamu ngapain sih ngajak aku ke sini?"
Saga terkekeh kecil sebelum menjawab pertanyaan. "Nanti abis maghrib ada Reza Dharmawangsa, katanya mau bikin konten di sini sambil ngecover lagu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sagara [Revisi]
FanfictionSagara pernah bilang, katanya dia tidak membenci takdir yang sudah meluluhlantakkan perasaannya. Hanya saja, dia benci pada dirinya yang sulit menerima takdir tersebut. Katanya, Sagara hanya ingin keadilan. Namun, mengapa ketika keadilan itu datang...