Sagara-30 (End)

1K 138 60
                                    

◇◇◇

Awalnya, Nadine kira ini semua hanyalah mimpi. Namun, setelah melihat bagaimana keadaan Saga beberapa saat yang lalu, Nadine sadar kalau ini semua nyata.

Kala itu, Nadine merasa memiliki firasat tak enak terhadap Saga. Ia pun langsung meneleponnya. Naasnya, bukan Saga yang mengangkat telepon tersebut, melainkan pihak kepolisian yang memang hendak menghubungi keluarga Saga, mengabarkan kalau si pemilik ponsel baru saja menjadi korban kecelakan. Beruntung, pengemudi mobil yang tidak sengaja menabrak motor Saga pun mau bertanggung jawab sehingga Saga bisa dengan cepat ditangani.

Kini Nadine hanya bisa terdiam di pelukan sang ibu, dengan tatapan kosong mengarah ke lantai. Tangisnya baru saja mereda. Padahal ia masih ingin menangis, tetapi sepertinya air matanya terlanjur kering.

Tak lama suara langkah kaki yang terdengar ribut, mengalihkan atensi Nadine dan ibunya. Keduanya berdiri saat tiga orang yang baru saja tiba itu menghampirinya.

"Nadine, di mana anak Ibu, Nak? Dia baik-baik aja 'kan?" tanya Indah. Ia terlihat sangat panik dengan kedua mata sembab dan penampilan yang acak-acakan.

Melihat bagaimana kacaunya Indah, Nadine jadi ikut sedih. Ia pun menatap Indah lekat, wajah Indah benar-benar mengingatkannya pada Saga.

"Na, pelan-pelan sayang. Kamu bisa jelasin gimana keadaan Saga."

Nadine mengalihkan pandangannya kepada Ardian yang baru saja berucap. Tatapan itu benar-benar menyiratkan luka. Bukan karena ia teringat Saga, melainkan mengingat betapa jahatnya pria di depannya ini, yang sudah menghancurkan hidupnya dan juga memisahkannya dengan Saga dengan kejam.

Dewinta yang sejak tadi diam pun segera menjauhkan Nadine dari Ardian. Ia baru menyadari bahwa pria itu adalah ayah biologis dari putrinya.

"Ardian!" seru Dewinta yang langsung membuat Ardian menoleh pada wanita itu.

Dewa yang memang belum berkata apa-apa perihal kejadian siang tadi, hanya bisa diam. Pikirannya hanya tertuju pada Saga. Entah mengapa ia benar-benar takut. Dalam hati ia hanya bisa berdoa agar keadaan Saga baik-baik saja di dalam sana.

Berbeda dengan Indah, ia terduduk di salah satu kursi tunggu seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dilihat dari raut wajah Nadine, ia tidak bisa berharap banyak. Yang terpenting, Saga selamat dan kembali padanya.

"Dewinta, apa Nadine ini, anak kamu?" Ardian tampak shock melihat Dewinta yang kini memeluk Nadine yang kini kembali menangis.

"Jangan pura-pura bodoh Pa! Papa harusnya paham, siapa Nadine sebenarnya."

"Jaga bicara kamu Aksa!"

Beruntung saat itu malam sudah hampir larut, sehingga aktifitas di sana tidak seramai saat siang hari.

Mendengar Ardian dan Dewa saling menyahut dengan nada tak biasa, Indah pun bangkit dan melerai keduanya.

"Aksa kamu duduk aja Nak, kamu pasti capek 'kan?"

"Enggak Bu! Aku lebih capek lagi sama Papa. Asal Ibu tahu, Nadine itu anak Papa juga. Aku yakin Saga pasti kepikiran ini, makanya dia bisa sampe kecelakaaan. Papa harusnya sadar sama kelakuan bejat Papa! Kami korbannya Pa!" Emosi Dewa saat itu meledak. Membungkam Ardian dan juga Indah yang tampak shock sekali mendengar semua pernyataan itu.

Ardian mendudukkan diri di kursi sambil mengusak kepalanya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan semua kenyataan ini. Ia menyesali semuanya. Ardian tidak tahu harus bagaimana selain merutuki dirinya di masa lalu yang sangat keterlaluan itu.

Sementara Dewinta tak bisa berbuat apa-apa. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Nadine. Kini ia paham, alasan mengapa putrinya bersedia menjadi wali Saga-mengaku sebagai kakaknya-ketika polisi meminta keterangan, dan juga sebagai bahan persetujuan atas tindakan dokter dalam menangani Saga. Karena kenyataannya memang begitu, Saga dan Nadine adalah saudara seayah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sagara [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang