Chapter 6

434 47 4
                                    

"U-eh, apakah aku boleh duduk disini" tiba-tiba ada seorang anak laki-laki berjubah Slytherin menghampiri Name. "Ya tentu saja, ini tempat umum" Name tersenyum manis, membuat laki-laki itu terlihat sedikit salah tingkah. "Bukankah kau Adrian Pucey itu eh?! " Name teringat setelah memperhatikan wajah Adrian. "Kau masih mengingatku?!" tanya Adrian balik, ia fikir Name tidak terlalu memperhatikan wajahnya saat itu. "Tentu saja, kita baru saja bertemu seminggu yang lalu " jelas Name.

"Yaa kau benar, ngomong-ngomong. E-emmm.... maafkan teman ku saat itu ya. Dia memang begitu. Mungkin hampir semua Slytherin termasuk aku. " Adrian sebenarnya sedikit sulit untuk mengucapkan permintaan maaf. Namun ia tetap berusaha mengatakannya, bukan tanpa alasan, pastinya.

Name memberi senyuman tulus pada Adrian. "Ahh tak apa, aku tidak pernah memikirkannya dan bahkan tidak pernah mempermasalahkannya. " "Sepertinya aku yang harus meminta maaf, karena kakakku waktu itu melihat kalian dengan pandangan yang tak mengenakkan." Wajah Name seperti merasa bersalah.

Adrian sedikit bingung dengan Name -Gadis ini sedikit aneh, tapi.... Sangat cantik dan.. Manis- batin adrian. "Kakakmu tidak salah,dia hanya khawatir padamu. Dan Yeah, memang sejatinya Gryffindor dan Slytherin sulit akur" Ucap Adrian. "Tapi tidak semuanya, buktinya kau. Kau baik padaku, padahal aku seorang Gryffindor." Adrian tertegun sejenak mendengar perkataan Name. "Ee, sebenarnya kau Gryffindor pertama yang yang ku ajak bicara seperti ini." ucap Adrian jujur, ia memang jarang atau bahkan tak pernah berbicara sedekat ini dengan murid Asrama lain.

"Kau tahu, setiap siswa Gryffindor melihat Slytherin, pasti ia akan menatap dengan tatapan tak suka, atau lebih memilih membuang muka. Begitupun sebaliknya. Tapi Entahlah, menurutku kau berbeda. " mereka berdua benar-benar cepat akrab satu sama lain.

"Berbeda?!" Name memiringkan kepalanya, terlihat wajahnya  bingung. "E-eee iya, aah sudahlah. Itu tidak penting." Adrian bingung bagaimana menjelaskannya. "Baiklah" balas Name lembut. -'Baiklah?!', hanya itu yang ia katakan. Dia tidak ingin bertanya lagi?!- Batin Adrian bingung .

"Adrian, boleh aku bertanya sesuatu?!" ,  Adrian mengangguk. "Ya, apa?! "

"Apa kau tahu mengapa Oliver sangat tidak suka dengan Marcus?!Begitupun sebaliknya. Aku tidak pernah melihat Oliver sebenci itu dengan seseorang. "

"Entahlah, aku tidak terlalu tahu. Aku baru dekat dengan Marcus pada saat lulus seleksi Quidditch tahun lalu. Dan kami juga tidak satu angkatan, dia tiga tahun di atas ku."

"Tapi aku pernah dengar dari Terence, bahwa Kakakmu dan Marcus sudah menjadi musuh saat pertandingan pertama mereka. Dan semakin menjadi saat mereka sama-sama medapatkan pangkat sebagai Captain Quidditch. Mereka berdua juga terlihat berusaha untuk saling meremukkan tangan ketika berjabat tangan sebelum pertandingan." Adrian menceritakan dengan intens.

Name yang mendengar itu sedikit tak percaya, kakaknya yang sangat baik dan lembut padanya. Bisa se-kasar itu, walaupun hanya pada musuhnya. "Benarkah?! Itu benar-benar sangat tidak baik. Aku akan coba menasihati Oliver nanti. "

"Sepertinya percuma. Oliver sudah terlanjur sangat benci dengan Marcus, begitupun sebaliknya. Lagi pula kakakmu benci dengannya bukan tanpa alasan. Marcus itu sangat licik, kau tahulah sifat Slytherin. Dia dan beberapa Slytherin lainnya selalu bermain kotor saat bertanding Quidditch. Jadi tidak salah jika Oliver sebenci itu. Aku sendiri kadang juga tidak suka dengan hal itu, walau kadang bermain curang bisa membuat tim Quidditch kami menang. Tapi itu tetap tidak baik" Jelas laki-laki itu panjang lebar. Adrian sebenarnya sedikit tak percaya bahwa dia akan berbicara sepanjang itu kepada murid dari Asrama lain. Karena ia sebelumnya ia berbicara seperti itu hanya kepada Beberapa teman se Asramanya.

A Story-Name WoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang