Chapter 20

209 28 2
                                    

Malam ini adalah malam pesta  akhir tahun ajaran. Semua siswa berada di Aula Besar yang penuh.

Aula didekorasi dengan warna
Slytherin, hijau dan perak, untuk merayakan keberhasilan Sytherin memenangkan Piala Asrama untuk ketujuh kalinya selama tujuh tahun berturut-turut. Spanduk raksasa bergambar ular, lambang Slytherin, membentang menutupi dinding di belakang Meja Tinggi.

Semua anak Gryffindor sudah ada di meja kecuali Harry Potter. Name bolak balik melihat kearah pintu berharap Harry segara datang karena sebentar lagi pesta akan dimulai. Yeah, pasti akan sedikit sulit berurusan dengan Madam Pomfrey.

Tak beberapa lama seorang anak laki-laki  berkacamata bulat dengan rambut yang bermantakan terlihat memasuki Aula besar, "Harry" bisik Name yang di dengar beberapa orang di dekatnya seperti Ron dan Hermione.

Ketika Harry melangkah masuk, mendadak ruangan menjadi sunyi dan kemudian semua anak mulai bicara berbarengan. Harry duduk di kursi, di antara Name, Ron dan Hermione di meja Grytfindor, dan berusaha tidak mengacuhkan kenyataan bahwa anak-anak berdiri untuk melihatnya.  Name tahu Harry pasti merasa sangat tidak nyaman dengan hal itu, merasa seperti benda langka yang di pertontonkan di Museum.

Untunglah Dumbledore tiba tak lama kemudian. Celoteh anak-anak langsung reda. "Satu tahun lagi telah berlalu!" kata Dumbledore riang.

"Dan aku harus menggerecoki kalian dengan ocehan orang tua sebelum kita mulai menyerbu makanan enak-enak ini. Tahun ini sungguh luar biasa! Mudah-mudahan kepala kalian sedikit lebih penuh daripada setahun yang lalu... kalian masih punya sepanjang musim panas untuk mengosongkan kepala sebelum tahun ajaran baru mulai..."

"Nah, seperti yang kupahami, Piala Asrama perlu dianugerahkan dan skornya sebagal berikut: di tempat keempat Grytfindor, dengan tiga ratus dua belas angka; tempat ketiga Huffleputf, dengan tiga ratus lima puluh dua, Ravenclaw mengumpulkan empat ratus dua puluh enam, dan slytherin empat ratus tujuh puluh dua." Lanjut Dumbledore.

Gryffindor bertepuk tangan dengan lemas dan sangat dipaksakan, itu terlihat sangat jelas.

Gemuruh sorak dan entakan kaki terdengar dari meja Slytherin. Harry bisa melihat Draco Malfoy mengetuk-ngetukkan piala minumnya di atas meja. Pemandangan yang memuakkan.

"Yas yes yes... well done Slytherin, well done Slytherin " puji Dumbledore. "Meskipun demikian, kejadian belakangan ini harus ikut diperhitungkan"

Ruangan langsung sunyi senyap. Name melihat senyum anak-anak Slytherin sedikit memudar.

"Ehem," kata Dumbledore. "Ada angka-angka terakhir yang harus kubagikan. Coba kulihat. Ya... Yang pertama-kepada Mr Ronald Weasley..." Wajah Ron menjadi keunguan dia tampak seperti lobak yang terbakar sinar matahari. "Untuk permainan catur paling indah yang pernah dilihat Hogwarts selama bertahun-tahun ini. Kuhadiahkan kepada Gryfindor lima puluh angka."
Sorak Gryffindor nyaris mengangkat atap sihir Aula, bintang bintang di atas sampai bergetar.

Percy terdengar memberitahu Prefek-prefek lainnya,
"Kalian tahu, dia adikku! Adik laki-lakiku yang paling kecil! Berhasil memecahkan set catur raksasa McGonnagall."

Akhinya sunyi lagi. "Kedua-kepada Miss Hermione Granger The cool use of intellect while others were in grave Peril, lima puluh poin untuk Gryffindor " Hermione membenamkan wajah ke lengannya. Harry sangat curiga dia menangis.

Anak-anak Gryfrindor di sekeliling meja bukan main senangnya. Angka mereka naik seratus poin.

"Ketiga- kepada Miss Name Wood ."

Name merasakan badannya membeku dan tegang.  Semua orang memandangnya saat ini.

"Untuk kecakapan terbang dengan Broomstick  yang tanpa disadari ia telah menyelamatkan nyawa seseorang, sebenarnya. Aku hadiah 50 point" Lanjut Dumbledore.

A Story-Name WoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang