Bölüm 20

1K 187 70
                                    

Warning GXG _______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning GXG
_______

Pelan-pelan bacanya ya zheyengg...

Ayok guys vote biar 1K. Jangan lupa share juga yaa hehe
.
.

Semenjak kejadian kegagalannya pergi ke Turki dan mendapat gertakan dari Ara serta bundanya Naomi, Mira kini hanya bisa berdiam diri tanpa mau melangkah lebih maju untuk merebut Chika kembali. Gadis berambut pendek ini seperti pasrah dengan apa yang terjadi kepadanya hari ini tanpa mau mengubahnya sedikit saja.

Ngomong-ngomong soal Vivi dan Fiony, saat perjalanan pulang dari Bandara ia mendapat telfon dari orang tua Vivi kalau Vivi masuk rumah sakit dan dinyatakan meninggal begitupun dengan Fiony. Jelas ia dekat dengan orang tua Vivi sebab dulu mereka pernah sahabatan. Mira sempat terpukul apalagi ia tahu bahwa Vivi dan Fiony kecelakaan karena dirinya, iya, membantu Ara dan Chika untuk menemui dirinya di Bandara hingga akhirnya menghilangkan nyawa seseorang. Apakah Mira disebut pembunuh disini? Entahlah..

Sayup-sayup terdengar suara orang yang sedang melantunkan surah Yasin di sebuah pemakaman umum, hanya terdengar sedikit kurang jelas sebab Mira melihat dari kejauhan saja. Tidak mungkin Mira ikut bergabung disana sedangkan Ara dan Chika juga ada disana, gadis ini hanya tak ingin ada keributan berlangsung saat di kondisi sedang berduka. Mira bisa melihat betapa perhatiannya Ara kepada Chika, lihat saja bahkan gadis berdarah sunda itu memeluk Chika dengan begitu erat menyalurkan kehangatan kepada gadis pujaan hatinya itu. Ah, bolehkah ia menyebut Chika gadis pujaan hatinya, walaupun belum sempat ia miliki gadis itu dengan sepenuhnya?

"Kak Chika, ayo kita pulang. Cuacanya lagi panas banget nanti kepala kamu pusing." Ujar Ara dengan lembut.

Gadis jangkung itu menggeleng masih terlalu enggan untuk beranjak pergi dari sana, gadis itu masih betah menatap makam bertuliskan nama Viona Fadrin.

"Kenapa kamu pergi, kak? Kita baru ketemu lagi dua bulan yang lalu dan kamu juga udah janji sama aku. Tapi sekarang kamu malah ingkar janji sama aku, aku sekarang sendirian lagi dirumah." Lirih Chika dengan sisa tangisnya.

Ara memejamkan matanya ia paling tak bisa melihat seseorang menangis seperti ini, lemah memang. Ia sudah berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis saat pemakaman Vivi dan Fiony yang berlangsung cepat. Tapi kenapa saat melihat Chika menangis seakan menyuruhnya untuk ikut menangis juga disana? Tidak. Ia tidak ingin dianggap lemah, ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri agar tidak menangis.

"Kenapa kamu cuma bawa Fiony ikut bareng sama kamu? Kenapa aku enggak kamu bawa juga? Kenapa, Kak Vivi?!" Tanya Chika yang kini malah semakin deras tangisannya.

Ya gak mungkin dong kchk.. kalo kamu dibawa sama badrun nanti cerita ini selesai, nanti saya di gebukin sama para reader yg barbar ini...

Oke cukup! Ara sudah muak dengan kesedihan hari ini, Ara sudah muak harus terus mengalah karena keadaan, Ara sudah muak harus berdiam diri tanpa mau melakukan sesuatu. Ara berjongkok mendekati Chika memeluk erat tubuh gadis jangkung ini, walaupun ia tidak bisa memberi kehangatan terakhir untuk Fiony setidaknya ia masih bisa memberi kehangatan untuk Chika.

WITH YOU - CHIMI [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang