K.

326 54 9
                                    

      "Masa lalu itu tidak akan terlupa. Dia hanya mengendap untuk sesekali muncul dan menyadarkan kalau dia ada."
                       -Unknown-

   

            ***


  Sudah lama sekali rasanya Renata tidak menghirup udara pagi sesegar ini. Sehabis subuh Renata memilih jogging pagi bersama Adam, adik lelaki satu-satunya.

     Kepulangannya ini terasa tepat. Bukan sekedar pulang namun mungkin menetap. Ini yang dipikirkan Renata sejak di dalam bus kemaren.

    Sudah waktunya dia pulang. Sudah cukup selama ini dia jauh dari keluarga. Apalagi setelah menyadari ibu yang semakin menua rasanya semakin tidak tega meninggalkan beliau.

"Aku anterin ya, kak." siang ini jadwal ujian tahap keduanya.

"Boleh," Renata memasukkan beberapa peralatan tulis ke dalam totte bag putihnya.

"Ibu, berangkat ya. Doain semua lancar." mohonnya sambil memeluk Ibunya.

"Doa Ibu selalu untuk kalian." Renata tersenyum dan berlalu setelah memeluk ibunya.

     Renata sampai di sebuah sekolah SMKN terbaik di kotanya tempat diadakannya ujian. Setelah berpesan pada sang adik agar menjemputnya nanti, remaja itu berlalu setelah menyemangatinya.

 

       ***

   
     Bohong kalau Renata mengatakan baik-baik saja. Lebih tepatnya dia mencoba baik-baik saja. 8 tahun bukan waktu yang sebentar. Banyak hal yang sudah mereka lalui berdua. Fadly, tempatnya berbagi rasa selama ini.

   Tentang tangis, senyum, kegagalan, dan yang paling penting bagaimana mereka berjuang untuk mendapatkan restu. Walau sampai di akhir mereka tidak pernah mendapatkan itu.

   Renata tidak pernah menyesal lahir di keluarga yang sederhana. Walau sederhana mereka saling menyayangi. Itu poin penting baginya.

   Sehabis ujian Renata termenung sambil menunggu sang adik yang akan menjemputnya. Rasanya sia-sia menjalin hubungan sekian tahun dengan akhir yang menyedihkan.

     Namun Renata tidak ingin menyalahkan siapapun. Mungkin ini memang jalannya. Ini takdirnya. Dia hanya perlu menerima dan ikhlas atas semuanya.

"Eh, Renata ya?" tanya gadis yang berpakaian serupa dengannya. Stelan hitam putih.

"Maaf, siapa ya?" Renata merasa familiar tapi lupa siapa.

"Ya ampun hampir 12 tahun kita nggak ketemu. Wajar sih. Aku Rayya, ingat?"

"Rayya, teman SD ku?" Renata akhirnya bisa menggali ingatannya jauh ke masa lalu.

   Gadis itu tersenyum dan menggangguk lantas menjabat tangannya dan keduanya berpelukan. "Ya, Allah, lama nggak ketemu."

"Iya sejak lulus SD. Kamu sih jarang pulang." mendengar itu Renata meringis.

"Kamu ikut ujian juga?" tanya Rayya.

"Nyoba aja siapa tau rezeki." cengirnya.

"Sama sih," kekeh Rayya.

   Sisa sebelum mulai ujian dihabiskan keduanya bernostalgia. Menggali ingatan yang sempat terkubur waktu. Saat keduanya masih kanak-kanak. Belum mengenal apa itu cinta dan sederet masalah lainnya.

   Sejak SMA dan memutuskan sekolah di provinsi, Renata memang jarang berkomunikasi dengan temannya yang lain. Selain jarang keluar kalau pulang dia juga tidak pernah lama di kampung.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang