M.

327 53 2
                                    

             "Bukankah hidup itu soal perjalanan? Bukan pelarian."
             -Unknown-


         ---

     Usai lolos tahapan terakhir dan berhasil menumbangkan dua pesaingnya, Renata dinyatakan lolos seleksi. Dia sendiri tidak menyangka mengingat dua pesaingnya merupakan lulusan kampus bonafid.

"Duh, selamat ya Ibu PNS." goda Rania yang pulang liburan semester.

"Alhamdulillah. Akhirnya anak ibu balik lagi." mendengar itu Renata melebarkan senyumnya.

"Padahal Ibu pernah bilang loh kalau nyaman disana nggak pa-pa tinggal disana." godanya pada Ibu yang terlihat senang berdekatan dengan anak-anaknya.

"Apaan, Ibu tuh suka ngeluh tiap malam mengingat kak Ren jauh." beritahu Adam yang sedang belajar di ruang tamu.

"Yah, namanya orang tua." desah Ibu Rini  "Ibu kan udah tua yang pasti pengenlah dekat sama anaknya."

   Renata memeluk ibunya dengan erat. Tempat ternyamannya selama ini. Yang selalu menerimanya dalam kondisi apapun. "InsyaAllah kalau semua lancar Ren bakalan tinggal disani kok Ibu. Kan kerjaannya sekarang disini."

"Alhamdulillah," tak bisa disembunyikan rasa senang Rini mendengarnya.

"Senang kan,Bu?" goda Rania. "Aku juga bentar lagi lulus dan memilih disini aja. Aku nggak sanggup kayak kak Ren," Renata mencibir pasalnya dia tau sang adik menyindirnya.

   ---

   Selain pekerjaan tentu saja Fadly yang jadi alasan terbesar Renata balik kampung. Mengingat itu rasanya dia jahat sekali. Apalagi setelah dengan semua pengorbanannya harus berakhir sia-sia.

"Gimana sama bang Fadly?" sekalipun Rania tidak menyukai Fadly tapi dia masih peduli akan hubungan keduanya. Lebih tepatnya peduli akan kakaknya.

"Udah putus. Sebulan lalu." Rania membulatkan mata. Dia tau bagaimana bucinnya sang kakak pada Fadly. Rasanya aneh aja kalau hubungan mereka harus berakhir.

"Bukannya kalian pacaran lama ya kak?"

"Nggak selalu berakhir baik kan?" Rania mengiyakan. Tapi apapun itu dia bersyukur mereka putus.

   Sedari dulu Rania tidak menyukai Fadly. Sekalipun pria itu bersikap baik padanya Rania tidak akan perna lupa bagaimana perlakuan Fadly pada kakaknya.

"Kamu senang?" tanya Renata tanpa diduga.

"Banget." jawab Rania tanpa ditutupi sama sekali. "Move on dong,"

"Lagi diusahakan."

"Nyesal nggak sih kak pacaran lama ujungnya kayak gini."

"Nyesal sih nggak tapi lebih ke kecewa aja karna ngabisin waktu sama orang yang nggak tepat."

"Next time kakak pasti nemu pria yang jauh lebih baik."

"Entahlah," Renata tidak mau memikirkan lebih jauh. Fokusnya bukan ke asmara saat ini.

"Jangan putus asalah. Bukan kakak banget."

   Renata tersenyum. Baginya Rania bukan sekedar adik namun tempat curhat terbaik. Bersama adiknya dia tidak perlu canggung mengatakan apapun masalahnya.

   Sekalipun lebih muda, tapi Rania punya pikiran dewasa. Keadaan yang menjadikan mereka untuk lebih dewasa dari yang semestinya.

   ---

"Bagaimana hasilnya?" saat ini Renata mengangkat panggilan dari Delina.

"Alhamdulillah lolos,"

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang