F.

388 47 5
                                    

               "Kau kembali membasahi lukaku yang sebelumnya belum kering"
             -Unknown-
        

     

       Menjalin hubungan dengan Fadhil tidak pernah mudah. Sebenarnya itu sudah disadari Renata sejak dulu. Banyak yang mencibir hubungan mereka. Banyak yang menilai keduanya tidak pantas.

           Fadly yang good looking dan berasal dari keluarga berada dianggap tidak pantas dengannya yang biasa saja. Renata sering menampik rasa tidak nyamanan itu. Tapi justru semakin lama rasanya semakin menyesakkan.

    Awalnya dia masa bodoh. Merasa siapa mereka berhak menilainya. Saat itu Fadly yang memilihnya membuatnya merasa di atas angin. Namun semakin kesini tak bisa dipungkiri kalau semua omongan itu benar.

       Seperti siang ini, Renata menemani Fadly ke pesta pernikahan sahabatnya. Sejak memasuki pesta banyak pasang mata yang menyoroti mereka. Terang-terangan menilai penampilannya.

      Apalagi melihat kehadiran Aliya, perempuan itu terlihat cantik dengan dress biru selutut yang menampilkan kaki jenjangnya. Diam-diam Renata tidak bisa untuk tidak membandingkan penampilan mereka.

      Renata semakin tidak nyaman saat Aliya menghampiri mereka. Senyum perempuan itu terlihat menawan. Kulitnya yang putih mulus dan wajahnya yang glowing semakin menambah pesona perempuan itu.

"Hai, Fadly, Renata." sapanya dengan lembut dan merdu. Senyum tersungging di bibirnya yang berpoles lipstik pink.

"Hai juga." Renata membalas sapaan Aliya, sementara Fadly terlihat enggan membalas sapaan Aliya.

"Kita kesana," mau tidak mau Renata mengikuti Fadly setelah berpamitan pada Aliya.

"Wah, bro, habis ini giliran kalian," kata Rasyid.

"Doakan saja." jawab Fadly kalem. Pengantin baru itu tersenyum.

"Selamat ya," Renata menyalami kedua mempelai yang terlihat bahagia.

"Nyusul ya,." rupanya Indira juga ikutan sang suami.

"InsyaAllah."

        Renata memandangi lekat Fadly yang diam sejak tadi. Lelaki itu hanya menjawab sekenanya jika ditanya. Renata mengelus lengan Fadly yang terlihat menyetir. Fadly hanya melirik dan tersenyum tipis.

"Ada masalah?" tanya Renata begitu keduanya sampai di sebuah taman. Renata memang meminta mereka singgah sebentar untuk menghirup udara sore.

      Fadly menghela nafas kasar dan meraup wajahnya. Renata kembali mengelus lengan Fadly yang tegang sejak tadi. Perlahan ketegangan Fadly mengendur.

"Masih masalah kemaren?" Fadly hanya menganggukkan kepalanya tanpa membuka suara. "Kali ini apalagi?" dengan sabar Renata bertanya kembali.

"Kegagalan usahaku kembali diungkit Mama." Renata tersenyum pahit. "Siapa sih yang ingin gagal Ren, tapi Mama nggak pernah menerima itu. Ujungnya aku dibandingkan terus."

"Setiap orang punya jalan yang berbeda akan hidupnya, nggak sama semua."

"Tapi Mama nggak ngerti itu,Ren. Mau berapa kalipun aku jelasinnya." Fadly mendesah frustasi. Renata bingung sendiri. "Ya udah nggak usah dengerin anggap itu sebagai lecutan semangat untukmu."

                           ***

  

       Pulang sekolah Renata dijemput Delina. Keduanya janjian hangout bareng. Fadly sendiri sedang di luar kota mengurusi pekerjaannya. Melihat bagaimana stress nya Fadly sebagai kekasih Renata hanya bisa menguatkan.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang