S.

294 48 6
                                    

"Terkadang ada yang dipertemukan, namun tidak dipersatukan. Ia hadir sebagai ujian.
-Unknown-
*

***

Awalnya memang untuk kepentingan Lancar Aksara. Tapi akhir-akhir ini Renata dan Praha sering bertemu tanpa harus janjian lebih dulu.

Seperti kali ini Renata janjian makan siang dengan Rayya. Dia berniat menjalin kembali silaturahmi yang sempat putus diantara mereka. Padahal dulu sewaktu masih bocah mereka dekat banget.

Belum sempat mereka mencari meja kosong suara seseorang memanggilnya."Ren!" Renata berbalik tersenyum sembari melambaikan tangan. "Sini gabung sama kita." Terlihat Praha tersenyum singkat dan ikut melambaikan tangannya.

"Kita gabung sama temanku,gimana?"meminta pendapat Rayya.

Rayya tersenyum dan mengiyakan."Nggak masalah. Lagian semua tempat kayaknya penuh." Mendapat persetujuan Rayya, Renata berjalan ke meja Dido-Praha diikuti Rayya di belakang.

"Hai!" sapanya menarik kursi di sebelah Praha dan Rayya disebelahnya. Dibalas kedua pria itu dengan anggukan singkat. "Nggak pa-pa kita gabung?"

"Basa-basinya nggak banget," cibir Dido dengan wajah menyeringai menyebalkan.

"Ya,siapa tau kita ganggu." Ngeles Renata"Kenalin teman gue."

"Rayya,"

"Dido,"

"Praha,"

Mereka saling berkenalan tak lupa Renata memesan makanan untuknya dan Rayya, karena Praha-Dido sudah memesan. "Habis darimana?" Praha membuka suara lebih ke berbisik ke arah Renata.

"Habis dari sekolah. Rayya ngajakin meet up." sahutnya mengeluarkan ponsel dari tas. Melirik sebentar sebelum meletakkan kembali.


"So,kalian satu SD?" Dido membuka percakapan. Usai mendengar sedikit percakapan kedua gadis itu.

"Lebih tepatnya satu bangku dari kelas tiga sampai lulus,"beritahu Rayya dengan senyum melirik Renata yang tertawa kecil.

"Habisnya nggak ada yang mau sebangku sama kamu,"

Rayya mengernyit sebelum mencibir"Kebalik kali,non."

Diam-diam Praha mengamati interaksi Renata dengan orang di sekelilingnya. Gadis itu masihlah seperti yang ada dalam ingatannya.

Terlihat tertutup namun sebenarnya hangat pada orang-orang yang dikenalnya.
"Renata cengeng nggak waktu kecil?"tanya Dido menatap jahil Renata yang ditatap mendelik.

Rayya tertawa singkat. "Bukan cengeng sih,tapi suka nangis kalau keinginannya nggak sesuai sama apa yang didapat."

"Semisal?" sambar Praha tanpa memperdulikan Dido yang sudah membuka mulut sebelum menutupnya kembali.

"Kayak nilainya rendah gitu sih,"

"Itu mah nggak menerima kenyataan." ejek Dido yang senang sekali membuat gadis itu jengkel.

"Bukannya gitu," sahutnya tidak terima"Kadang itu bentuk pelampiasan kesal dan perasaan nggak enak."

"Dengerin tuh," bisik Dido pada Praha namun masih bisa didengar yang lainnya.

*

Renata sedang merebahkan dirinya sambil scrolling tidak jelas sejak tadi. Netra hitamnya terpaku menatap potret pasangan bahagia yang baru diunggah beberapa hari lalu lewat aplikasi berlogo sebuah kamera.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang