"Sebuah rasa, harus patuh.
Pada waktu yang tepat. Pada keadaan yang pantas."
-Unknown-
*
Ada yang berbeda, dering telpon Praha pagi itu diterima Renata dengan debaran tak menentu. jantungnya berdetak dengan cepat. Meski rasanya asing dan baru namun membuatnya nyaman.
Walau terasa canggung, tapi Renata menyukai telpon dari Praha yang mengucapkan selamat pagi. Suaranya yang serak justru terkesan seksi. Renata menyukainya.
"Aku lagi dekat sama Praha,Bu."aku Renata pagi itu saat menemani Ibunya mengikat sayur yang baru dipanen sebelum dijemput para pengepul. "Menurut Ibu gimana?"
Masa lalu mengajarkannya, bahwa terkadang dia butuh pendapat keluarganya untuk hal-hal yang terkadang masih baru untuknya.
Ibunya memang tidak menuntut demikian, tapi entah kenapa kali ini Renata ingin melakukannya dengan benar.
"Semua tergantung kamu, yang menjalani kamu. Ibu hanya bisa mendoakan." Renata tersenyum dan mengangguk."Gunakan waktu kalian untuk saling kenal. Usahakan jujur dan saling terbuka."lanjut Ibunya.
"Tapi,kalau boleh Ibu kasih saran,"Renata terdiam menanti kalimat Ibunya "Ibu mau kalian serius. Bukannya mau kalian terburu-buru,tapi umur kalian udah pantas berumah tangga."
"Di usia sekarang, kesempatan untuk bertemu yang baik itu sudah tidak terlalu banyak. Kebanyakan sudah berumah tangga. Pinter-pinter nya kamu menilai aja."
"Tapi,Nak, jangan cari yang sempurna. Karena kamu tidak akan menemukan itu."
"Tapi lengkapi dan sempurnakan versi kalian sendiri."
Renata mengulas senyum mendengar nasehat Ibunya. Sejak dulu Ibunya selalu membebaskan dan menerima pendapat mereka selama itu masih di jalur yang ditoleransi orang tuanya.
Tidak pernah didapatinya kedua orangtuanya memaksakan kehendak. Rezeki yang tidak semua anak mendapatkannya. Renata dan adik-adiknya termasuk beruntung.
*
Tidak banyak yang berubah setelah hubungan mereka setingkat lebih dekat. Keduanya masih seperti biasa. Kedewasaan jelas mengambil peran disini. Terlebih mereka sepakat untuk memberi privasi pada hubungan mereka.Cukuplah orang terdekat yang tau. Tidak ada celah untuk yang tidak berkepentingan. Renata setuju sama dan tidak mendebat sama sekali.
"Ada rencana mau lanjut S2?"tanya Praha melihat brosur sebuah perguruan tinggi yang diletakkan di depan Renata.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk. "Kalau nggak lolos tes kemaren niatnya emang lanjut sih,"bebernya saat keduanya menghabiskan waktu berdua.
"Kalau sekarang,jangan dulu deh nggak bisa bagi waktunya."
"Lagian masih baru. Jangan makan gaji buta," ledek Praha menarik ujung rambutnya sembari tertawa jail.
"Sembarangan,"omelnya dengan mata mendelik. "Nggak pernah ya gue gitu,"Praha tertawa keras melihat Renata bersungut-sungut tidak terima.
"Bisa masuk pasal pencemaran nama baik tuh,"
"Wah,ngeri kalau bawa-bawa pasal segala."kekeh Praha yang menikmati kebersamaan mereka. "Kamu belajar banyak sekarang,"
"Iya,dong. Belajar dari ahlinya."jumawa Renata yang berhasil membuat pria itu gemes dan mencubit pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Hati?
RomanceRenata Syahbana dan Fadly Rajasa sudah menjalin hubungan selama 8 tahun. Tepatnya sejak mereka duduk di bangku kuliah sampai bekerja seperti saat ini. Bisa dibilang mereka selalu disebut couple goals orang-orang disekitarnya. Tapi tanpa disadari...