E.

388 50 5
                                    

"Ditengah gempuran sakitnya hati,aku masih tetap disini. Berdiri dengan tegak, bersamamu."
                -Unknown-

     



  Untuk yang kesekian kalinya Fadly membatalkan secara sepihak janji untuk menjemput Renata dari sekolah. Padahal Renata sudah memilih naik ojek pagi tadi dan meninggalkan motornya. Hanya karna pria itu menjanjikan akan menjemputnya.

       Ada rasa kesal dalam hati Renata saat ini. Di waktu seperti ini kenderaan yang lewat di depan sekolah tidak ada lagi. Renata tadi harus menemani muridnya yang terlambat di jemput orang tuanya.

"Loh, belum pulang Ren?" tanya Ayu saat melintas di depannya.

Renata menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Naik,sini." perintah Ayu.

      Renata memilih naik ke mobil mewah tersebut. Yang dia tau pemiliknya siapa. Samar-samar aroma parfumnya masih terasa.

"Pacar kamu nggak jemput?" tanya Ayu sambil tetap fokus ke depan.

"Lagi banyak kerjaan Bu," singkatnya.

       Bukan apa-apa, Renata tidak nyaman kalau Ibu Ayu sudah mulai mengkritik Fadly. Mungkin baginya itu hal biasa tapi bagi Renata tidak bisa ditoleri.

      Meski Fadly bukan kekasih yang baik tetap saja rasanya tidak menyenangkan mendengar orang lain mengomentarinya. Terutama saat di depanmu.

     Dia yang menjalani dengan Fadly bukan orang lain. Tdak perlu orang lain mencampuri hubungan mereka. Hubungan mereka biarlah jadi masalah mereka sendiri.

"Ibu perhatikan pacar kamu sering nggak nepatin janji." rupanya Ibu Ayu belum puas. Terlihat dari kegigihannya mengorek lebih jauh.

"kerjaan dia kadang nggak menentu Bu. Jadinya sering bentrok."

"Kenapa nggak coba sama Wira aja?" Renata terdiam. Pembahasan yang dihindarinya terlontar juga. Padahal Renata sudah berusaha menghindar.

"Nggak mungkin aku dekat sama Wira saat masih sama Fadly. Nggak fair rasanya." Renata mengulas senyum tipis melihat Ayu membenarkan.

"Meski benci mengakuinya aku akui kamu benar. Kamu harus tau aku sangat menginginkanmu jadi adik iparku."

"Terimakasih,Ibu. Aku merasa terhormat." senyum Renata terkembang tulus.

      Ayu mungkin niatnya baik cuman penyampaiannya yang tidak tepat. Selama ini Wira memang mendekatinya. Tapi dalam batas yang masih bisa ditoleri Renata.

   Laki-laki itu tau batasan. Tidak memaksakan perasaannya. Faham kalau Renata sudah punya pasangan.

"Makasih Ibu atas tumpangannya." sopannya sebelum membuka pintu dan menutupnya kembali.

     Ayu menekan klakson tanda berpamitan. Barulah Renata memasuki kostnya. Memasuki kamar mandi lantas membersihkan dirinya yang seharian ini beraktifitas di luar ruangan.
    
   

    
       ***

     Hujan di penghujung hari terasa meneduhkan. Setelah diterjang terik matahari yang panasnya luar biasa. Bau tanah basah tercium samar dari tempatnya duduk. Renata terdiam dan merenung melihat tetesan air hujan yang membasahi tanah.

    Kilasan memori tentang masa lalu berkelebat di benaknya. Saat awal-awal mengenal Fadly. Saat semua masih baik-baik saja dan Fadly masih sebaik itu.

"Kenapa harus bayarin uang kosanku sih?!" Renata tidak enak hati saat Fadly membayar uang kosnya untuk beberapa bulan ke depan.

"Nggak pa-pa bisnisku lagi lancar aja." Fadly cuek aja dan asyik dengan ponselnya.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang