U.

292 35 2
                                    

      "Hidup mempertemukan kita dengan orang-orang berbagai karakter untuk membentuk kita agar lebih matang."
                -Fiersa Besari-       

                      

  
       ***

     Pertanyaan Rully tempo hari sungguh mengganggu. Sudah berhari-hari pertanyaan itu berseliweran di benaknya.
Rully sialan. Buruknya Renata jadi menghindari Praha.

     Seminggu ini berhasil menghindar dengan berbagai alasan saat Praha mengajaknya nongkrong bareng yang lain. Tapi entah sampai kapan.

"Kamu menghindariku?"Praha ingin menanyakan itu. Tapi melihat gelagat Renata yang kentara sekali dia mengurungkan."Udah mau balik?"

"Eh, iya,nih."kaget Renata tidak menyangka Praha berada tepat di depannya. Setahunya pria itu berada di kantornya.

   Renata mencoba bersikap seperti biasa. Meski terlihat aneh di mata Praha. "Nggak mau gabung bareng kita?"

"Nggak usah kelamaan mikir. Ayo."Rully muncul bersama Dido dan menariknya tanpa pikir panjang.

"Heh," Renata sudah berusaha melepas tapi tapi Dido seakan tidak mendengar.

    Dibelakang sana Praha menghela nafas melihat tingkah temannya itu. Dua kunyuk itu suka banget merusak keadaan.

  "Sakit, sialan." bukannya marah Dido malah nyengir dan melepas pergelangan tangan Renata sebelum membuka pintu mobil dan menyuruh Renata masuk.

    Mau tidak mau Renata masuk apalagi tak lama setelahnya Praha ikut masuk dan duduk di sampingnya. Dibalik kemudi.

"Kita mau kemana?" tanya Renata sembari memasang sabuk pengaman setelah meletakkan tas di pangkuannya.

"Kemana-mana hatiku senang,"celetuk Rully tengil sambil menggoyangkan kepalanya. Tak pelak Renata menatap sadis kelakuan temannya itu.

"Heran gue kenapa kalian tahan berteman sama makhluk modelan begitu."cibir Renata.

"Lo aja heran apalagi gue,"sambar Dido ikut meledek Rully yang sudah memutar matanya.

"Kalian perlu orang kayak gue sebagai penyeimbang. Biar nggak kaku. Nggak monoton. Gimana sih,"jawaban Rully membuat Renata dan Dido ingin muntah.

    Praha dibalik kemudi hanya tersenyum kecil. Membenarkan Rully, kalau hanya dia dan Dido saja pasti rasanya membosankan. Bisa dibilang Rully selalu berhasil mencairkan suasana.

    Tapi Praha tidak akan mengakui hal tersebut. Bisa-bisa Rully semakin besar kepala nantinya.

       Praha ternyata membawa mereka gedung kesenian yang sedang berlangsungnya acara pementasan drama. Kebetulan, anak didik mereka di Lancar Aksara ikut pementasan.

        Diam-diam Renata tersenyum kecil, menyadari bukan hanya mendirikan dan memajukan Lancar Aksara, Praha juga memberikan support penuh akan bakat-bakat yang dimiliki anak-anak yang mereka didik.

      Bagi sebagian orang mungkin bukan hal besar, tapi tetap saja perasaan hangat itu tidak bisa ditepisnya. Dibalik sikap diam dan tidak banyak bicaranya Praha sangat perhatian dengan orang di sekelilingnya.
    

                       *

    Semua yang hadir memberikan tepuk tangan meriah begitu penampilan anak-anak itu usai. Renata akui meski masih tergolong anak-anak, bakat mereka sudah tidak diragukan. Mereka berhasil menghidupkan dialog dengan sangat baik.

"Mirza penghayatannya luar biasa,"Praha membuka suara saat mereka berdiri dan melangkah keluar.

"Gue nggak nyangka anak setengil dia punya bakat luar biasa."Praha tersenyum mendengarnya.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang