C.

534 57 11
                                    

"Aku diam bukan karna salah. Tapi menghindari masalah"
                 • • •






Di hari libur saat ini dimamfaatkan Renata untuk menemui Fadly di rumahnya. Meski tau respon keluarga lelaki itu selalu dingin, Renata mencoba menguatkan hati. Renata mendatangi rumah Fadly dengan mengenderai motornya.

Renata tersenyum sopan saat satpam membukakan pagar. Setelah menekan bell dan pintu dibukakan asisten rumah tangga, Renata masuk. Dan terkejut saat melihat ada Aliya di rumah Fadly pagi-pagi.

"Masuk yuk!" ajak Fadly. Keduanya berjalan ke arah samping rumah yang dijadikan tempat santai.

"Udah sarapan?" tanya Fadly. Renata menggelengkan kepalanya. "Ya udah kita sarapan bareng yuk," Fadly masuk kembali dan tidak lama kemudian datang dengan nampan berisi makanan.

"Harusnya tadi aku aja." sungguh Renata tidak nyaman. Kesannya seakan dia menyuruh-nyuruh Fadly.

"Nggak pa-pa kok." senyum Fadly.

"Aku ambil minum ya." saat melihat Fadly tidak membawa minuman, Renata berinisiatif mengambilkan.

Renata memasuki dapur dengan melewati ruang tamu. Terlihat disana ada Silvia Dewi dan Imran menyaksikan siaran televisi. Keduanya hanya menatap sekilas Renata dan langsung memalingkan muka.

"Permisi om, tante." kikuknya. Bagaimana pun Renata selalu gugup kalau orangtua Fadly.

Mereka memang hanya diam selama ini. Tapi Renata tau itu semacam penolakan halus dari keluarga ini. Selama ini mereka jarang menyapa Renata bahkan mengabaikan gadis itu.

"Kamu lama amat sih," gerutu Fadly saat Renata muncul dengan membawa teko dan gelas.

"Aku perlu buatin minumanya,"

"Harusnya ambil yang di kulkas aja." acuh Fadly yang tidak memahami perasaan Renata sedikitpun.

"Aku nggak enak sama orangtua kamu." Fadly hanya mengedikkan bahu tidak peduli. Renata menghela nafas.

"Terserah kamu." cueknya menghabiskan sarapannya. Renata memaksakan dirinya menghabiskan sarapannya. Mendengar ucapan Fadly entah kenapa selera makan Renata jadi menguap.

Renata membawa piring bekas makan ke dapur dan mencucinya. Saat membilas piring, Rahma memasuki dapur. Tersenyum sinis melihat Renata namun tidak mengatakan apapun.

"Aliya kapan datang?" tanya Renata hati-hati saat keduanya duduk santai.

"Nginap semalam sama Fanny." mendengar itu Renata kembali terdiam."Aliya teman Fanny kalau kamu lupa." pernyataan itu seakan menohok Renata.

"Aku tau kok," pahitnya.

***

Renata memilih pamit menjelang makan siang. Tidak mau terjebak di dalam keluarga itu lebih lama. Sepulang dari rumah Fadly, Renata membereskan kamar kosnya. Mencuci pakaian kotor yang lumayan menumpuk di ember.

"Rajin amat,"saat Renata menjemur pakaian, Delina datang.

"Harus dong." Delina mencibir mendengarnya.

"Gaya amat, padahal nyuci juga seminggu sekali." bukannya marah Renata malah tergelak.

"Ngapain? Kangen ya sama gue?" goda Renata melihat Delina memutar mata Renata kian tergelak.

"Gue kasihan sama lu, makanya mau nemanin. Baik kan gue." bangga Delina.

"Baik apanya. Bilang aja Mas pandu lagi kerja." Delina mengerucutkan bibirnya.

"Kesal gue sama dia,"

"Dia kerja Del, kerja bukan kelayapan."

"Tapi tetap aja masa weekend gini." gerutunya.

"Kerjaannya kan nggak ngenal waktu."

"Ini nih susahnya pacaran sama tekhnisi." pasalnya Pandu bekerja disebuah perusahaan listrik negara. Yang jam kerjanya terkadang tidak kenal waktu.

"Lu mah banyak ngeluhnya." Renata memasuki dapur dan keluar membawa minuman.

"Nyari makan yuk laper," keluh Delina seraya mengusap perutnya yang keroncongan.

"Siapa suruh kelayapan tanpa ngisi perut."
Delina tidak mendengar protesan Renata.

"Udah sana ganti baju." mau tidak mau Renata mengganti bajunya dengan kaos putih dilapisi cardigan pink dan celana jeans.

Renata memasuki mobil Delina yang terparkir di depan kosnya. Dan menembus jalanan yang terlihat ramai. Delina menghentikan mobilnya disebuah Resto.

Keduanya masuk dan mencari tempat kosong. Tidak lama kemudian seorang pelayan menghampiri keduanya.

"Ini menunya kak," pramusaji menyerahkan buku menu yang langsung dibaca Delina.

"Iga bakar sama jus apel. Thank you." Delina menyebutkan pesananya.

"Nasi bakar sama air mineral, Makasih." sebelum pergi pramusaji tersebut kembali mengonfirmasi pesanan keduanya.

"Liburan ini pulang nggak?" pasalnya Renata merupakan perantau di kota ini. Tepatnya sejak SMA.

Dulu lulus SMP, Renata mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di kota. Bersambung sampai kuliah dan sekarang bekerja.

Untuk saat ini Renata masih nyaman bekerja di tempatnya mengajar. Meski tawaran dari sekolah di kampungnya sering diterimanya.

Mungkin nanti saat Renata sudah mulai bosan dengan hiruk pikuk kehidupan kota yang tidak pernah tidur. Renata memang tidak berniat menetap disini selamanya. Semua keluarganya di kampung.

"Kayaknya nggak deh. Nanggung juga."

"Liburan kita?" Usul Delina

"Kemana?" Renata terlihat tertarik.

"Tidak usah jauh-jauh. Ke villa keluarga Mas Pandu aja ajak Fadly juga. Kalau dia mau sih." nada Delina terlihat tidak ikhlas.

"Nanti aku tanyain deh."

Renata dan Delina fokus pada makanan yang baru diantarkan pramusaji. Setelah mengucapkan terimakasih keduanya menghabiskan makanannya. Renata juga lapar apalagi tadi tenaganya lumayan terkuras saat mencuci sementara sarapan tadi dia tidak menghabiskannya.

***

Renata kembali mengawali rutinitas paginya di hari senin. Dengan memakai blouse putih panjang dan celana panjang hitam Renata berangkat sekolah. Rambutnya dikuncir dan menampilkan lehernya yang bersih.

Renata memakai sendal jepit dan memasukkan sepatu hak tingginya di jok motor. Meski memakai celana terkadang susah memakai hak tinggi saat naik motor.

Motor beat hitam milik Renata melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali melirik jam dipergelangan tangannya. Hari senin seperti ini pembelajaran dimulai lebih cepat dari biasanya seusai upacara bendera.

Renata bernafas lega saat bel baru berbunyi. Segera dia memakai sepatunya dan menyimpan sendal jepitnya. Bunyi hak sepatunya bergema dan memunculkan bunyi.

Sambil meletakkan tasnya, Renata menyuruh murid-murid yang berada di kelas yang kebetulan dilewatinya untuk berbaris tertib.

"Baris yang rapi ya nak," Renata kembali melanjutkan langkahnya.

"Ayo anak-anak kita ke depan. Upacaranya mau dimulai." tegur Renata saat masih ada beberapa murid yang masih di dalam kelas.

* Sabtu,06 juli 2019
*Revisi: Kamis, 06 Agustus 2020/Rabu, 05 Oktober 2021.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang