"PULANG, satu kata berjuta makna dan cerita."
-Unknown-
***
Hampir 9 tahun berlalu. Rentang waktu yang lumayan lama untuk sebuah perjalanan hidup. Dan selama itu pula Renata benar-benar tidak bertemu dengan teman-temannya semasa remaja dulu.Renata memang bersekolah di SMP unggulan dan jaraknya lumayan jauh dari rumah. Setiap pulang kampung juga dia tidak pernah sekalipun bertemu salah satu dari mereka.
Bukan karena ada hal yang tidak menyenangkan di masa lalu. Tapi lebih ketidakpeduliannya setelah sekolah di luar kota. Renata sibuk di tahun pertama untuk bersosialisasi hingga perlahan tanpa disadarinya melewatkan temannya di SMP.
Renata mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat dijanjikannya meet up. Detik dia menoleh ke sayap kiri resto, detik itu juga Renata bersitatap dengan mata teduh yang pernah familiar untuknya.
Terlihat Rully melambaikan tangannya tinggi. Renata menghampiri yang disambut kehebohan teman-temannya.
"Duh, Ren kangen banget." terjang Nia. Renata memang paling dekat dengan Nia.
"Gue juga. Lo apa kabar?" sapanya antusias. Sungguh menakjubkan melihat perubahan mereka namun anehnya masih bisa dikenali Renata.
"Ish, tega lo ngilang gitu aja." Renata hanya tertawa saja mendengar cebikan Nia.
"Gila ya makin cantik aja sih," gerutu Ria sambil memeluk Renata dan menggoyang-goyangkan tubuh mereka layaknya anak kecil.
"Hai, Nilam, kan?" sapanya pada gadis manis yang menatapnya dengan senyuman sedari tadi.
"Iya aku Nilam. Kangen banget sama kamu." senyum Renata kian lebar kala menyadari teman-temannya tidak pernah berubah. Tetap hangat dan saling peduli.
"Hai, Dido." sapanya pada pria berkaos abu-abu itu. Keduanya bertos ria. Sesuatu yang sering mereka lakukan di masa remaja.
"Hai, juga anak hilang." Renata cemberut mendengar ejekan Dido. Sejak dulu Dido suka sekali menggodanya. Menerbitkan tawa yang lainnya.
Ternyata rasanya semenyenangkan ini. Rasanya tetap sama. Mereka nggak berubah sedikitpun. Renata menyesali sikapnya yang abai selama ini.
"Lo nggak usah gue sapa," Rully mencibir Renata yang dibalas pukulan di bahu Rully yang tertawa-tawa.
"Nggak tau balas budi lo," kelakarnya yang ditanggapi Renata dengan bertos ria sama seperti ke Dido.
Renata menyapa semua temannya yang hadir. Ternyata hampir setengahnya hadir. Yang lainnya tidak bisa hadir lantaran di luar kota atau ngikut suaminya.
"Nih, pak ketua sapa dong," celetuk Dido pada pria berkaos putih yang sejak tadi diam dan hanya memperhatikan kehebohan teman-temannya.
"Sudah lama ya,Renata." alih-alih menyapa duluan ternyata Praha yang duluan membuka suara.
Entah kenapa dia merindukan panggilan tersebut. Di kelas mereka hanya Praha yang memanggilnya dengan Renata. Tidak pernah memenggal namanya. Tidak seperti kebanyakan orang yang memanggilnya memanggilnya Ren atau Rena.
"Iya sudah lama." kikuknya menjabat tangan yang terasa hangat namun kuat itu.
Renata memandangi Praha secara keseluruhan. Praha berubah banget dari terakhir mereka bertemu. Kecuali dagunya yang terbelah yang selalu membuat Renata gemas dulu.
Kulit Praha masih kecoklatan namun terlihat bersih. Badannya kekar dan tinggi besar. Dadanya bidang dengan lengan kokoh.
Alisnya tebal dan rapi. Ditunjang dengan rahang kokoh dan tegas. Dengan tulang hidungnya yang tinggi dan bibir tipis sedikit hitam. Secara visual Praha berubah banget. Hormon melakukan tugasnya dengan baik pada lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar Hati?
RomanceRenata Syahbana dan Fadly Rajasa sudah menjalin hubungan selama 8 tahun. Tepatnya sejak mereka duduk di bangku kuliah sampai bekerja seperti saat ini. Bisa dibilang mereka selalu disebut couple goals orang-orang disekitarnya. Tapi tanpa disadari...