T.

321 41 3
                                    

                     "Terkadang hati manusia perlu ditusuk,agar cahaya dapat masuk."

                    -Zhafir Akalanka-

    ***

  "Terkadang," Renata kembali menoleh setelah sebelumnya ada hening yang lumayan panjang melingkupi. Meski begitu, Renata tak merasakan sepi di dalamnya. Perasaan yang sudah lama tidak dirasakannya. "Manusia perlu dipatahkan agar tau rasanya berharap pada manusia itu sia-sia."

"Selama ini gue selalu menggantungkan kebahagian di pundaknya. Benar. Yang gue dapatin rasa sakit." Pahitnya dengan pandangan lurus ke depan.

"Mau siapapun manusianya resiko mencintai itu selalu ada. Tapi balik lagi gimana kita meminimalisir rasa sakit itu dengan tidak bergantung pada hal yang tidak pasti."

"Cinta boleh tapi akal tetap harus dipakai,"

"Manusia itu tempatnya salah dan khilaf. Maka tidak heran saat menggantungkan kebahagian pada seseorang yang didapatkan rasa sakit dan kecewa. Karena apa? Ya karena itulah manusia."

"Di samping itu manusia punya otak. Gunakan otak itu sebagaimana semestinya."

"Pergunakan dia untuk memikirkan ulang atas segala tindakanmu. Itu gunanya otak diciptakan."

        Renata hanya mampu terdiam. Semua yang diucapkan Praha benar. Rambutnya yang bertiup angin seakan membawa rasa sesak yang selama ini bercokol di pundaknya. Merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Mindsetnya perlu diubah. Selama ini aku bahagia karena bersamanya, tapi ubahlah dengan aku bahagia ya karena cinta itu sendiri."

"Saat cinta yang bersamamu sudah tidak membahagiakan perlu dicari masalahnya,solusinya. Saat tidak menemukan itu jangan menjadi egois pada diri sendiri karena embel-embel dia akan berubah dan aku sudah sekian tahun bersamanya."

"Selama ini aku kira dia nggak akan berubah. Akan tetap sebaik tahun-tahun awal kami." potong Renata tanpa sadar.

"Dia bukannya berubah tapi barangkali itu sifat sesungguhnya."diam-diam Renata mengangguk dan membenarkan.

       Seiring berjalannya waktu, dengan segala permasalahan yang ada. Perlahan sifat asli seseorang akan terkuak.

    Awalnya masih bisa ditoleransi, di maafkan, tapi siklus yang sama terus berulang. Menjadikannya terbiasa, kebal dan akhirnya mati rasa

    Kompromi ke pasangan itu diharuskan. Tapi, tetap saja harus di konteks yang seharusnya. Saat di maafkan seharusnya berusaha untuk tidak kembali melakukan hal yang sama. Dan tidak menyepelekan permintaan maaf dan penerimaan maaf seseorang.

   

"Jangan menyalahkan diri sendiri. Menjadi egois terkadang dibutuhkan. Bukan masalah besar. Manusiawi kok." suara Praha terdengar tegas namun lembut secara bersamaan.

      Sudut mata Renata menggenang. Selama ini mungkin dia menyalahkan dirinya sendiri atas kandasnya hubungannya dengan Fadhil. Meksi orang disekelilingnya mengatakan itu bukan salahnya, tapi baru kali ini terasa sampai ke sudut hatinya.

    Mungkin karena suasananya yang tenang dan merilekskan pikiran. Atau justru Praha yang pintar membuka mata hatinya yang selama ini menolak.

"Karena terkadang kamu yang memikirkan perasaannya padahal sedikit pun dia tidak memikirkan perasaanmu."

      Renata tidak bisa menahannya lagi. Air mata yang tadinya menggenang di sudut mata, perlahan-perlahan memancar bagai mata air. Mengalir deras membasahi wajahnya.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang