Y.

477 45 5
                                    

        "Aku ingin menjadi rumahmu,tempatmu kembali. Tidak peduli sejauh apapun kau pergi,tak peduli seindah apapun yang telah kau temui."

                    -Unknown-

                *

   
    Musim libur tiba, sebagai tenaga pendidik Renata lega juga. Setelah dipusingkan dengan pelajaran dan menghadapi tingkah laku murid yang beragam, momen libur begini sangat dinantikan.

     Renata memutuskan mengunjungi sahabatnya. Bertepatan dengan Praha yang juga ada urusan disana. Keduanya memutuskan berangkat bersama.

"Kita bisa gantian kalau kamu lelah,"kata Renata mendapati Praha menguap.

     Pertama kalinya bagi Renata perjalanan jauh tanpa menggunakan transportasi umum. "Aku serius. Daripada kita kenapa-kenapa kalau kamu ngantuk gitu,"tawar Renata kesekian kalinya melihat Praha mengerjabkan matanya yang memerah beberapa kali.

     Renata tau kalau beberapa hari ini jadwal Praha sangat padat. Bahkan tadi pagi masih mendampingi klien di persidangan. "Boleh deh,"akhirnya pria itu menyerah karena tidak tahan dengan kantuk yang menyerang. Praha juga tidak ingin mati konyol kalau memaksakan menyetir sementara kantuknya sudah tidak tertahankan.

    Praha meminggirkan mobil sebelum keluar dan berganti posisi dengan Renata. Gadis itu menurunkan sandaran mobil dan memasangkan bantal leher sebelum mulai melajukan mobil. "Makasih,"kata Praha sebelum terlelap ke alam mimpi.

     Terlihat jelas sekali Praha kelelahan. Begitu memejamkan mata langsung terlelap dan kelihatan pulas sekali.

     Sesekali Renata memandangi Praha yang terlelap dengan wajah damai. Tangannya terlipat di dada dengan mulut sedikit terbuka. Bukannya jelek Praha malah terlihat lucu di matanya. "Lucu,"gumam Renata mengelus pipi Praha lembut takut membangunkan pria itu.

    Hal yang sebenarnya tidak berani dilakukannya saat pria itu sedang terjaga. Bukannya apa,rasanya masih canggung aja dengan status mereka saat ini.

 

                        *

   

     Renata membuka kaca mobil sesaat setelah memarkirkannya di parkiran sebuah mesjid. Sesaat lagi azan Maghrib berkumandang.

   Menunggu beberapa menit lagi sebelum membangunkan Praha,Renata memandangi perpaduan warna alam yang memesona. Semburat warna jingga menghiasi langit yang  kembali ke peraduannya. "Kita dimana?"suara serak memenuhi indera pendengarannya.

    Renata menoleh dan tersenyum. Diulurkannya sebotol air mineral pada Praha. "Kita istirahat bentar buat sholat. Masih ada dua jam perjalanan lagi."

"Aku tidurnya lama ya?"ringis Praha memeriksa pergelangan tangannya. Niatnya tidur beberapa jam malah bablas.

"Belum ada tiga jam,"beritahu Renata. "Gimana? Aku bisa kan diandalkan untuk urusan nyetir?"

    Mau tidak mau Praha tertawa dan mengiyakan. Renata tau awalnya Praha berat melepasnya untuk menggantikan menyetir tapi karena Renata kekeh dan dia sudah mengantuk tidak ada pilihan lain.

"Harusnya kamu yang nyetir sejak siang,"jawab Praha membuka pintu mobil dan keluar disusul Renata.

"Itu mah ngelunjak namanya," dengus Renata Praha tertawa mendengar gerutuan Renata. Lantas keduanya berpisah di tempat wudhu.

     

                        *

"Aku sebenarnya pengen pesan kamar. Tapi takut kamu nggak nolak,"Praha membuka percakapan begitu mobil kembali melaju setelah mereka makan malam di sebuah restoran hasil goegling Renata.

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang