Bab 30. Demi Istriku

2.9K 62 5
                                    

Tepat hari minggu, hari yang biasanya Amar habiskan dinas di rumah, ketukan pintu di jam tujuh pagi membuat Ayu mengerutkan kening dalam. Biasanya, Amar selalu menerima pasien di jam delapan ke atas. Tanpa menunggu lama, Ayu pun bersiap membuka pintu rumahnya. Sosok perempuan dengan perut buncit, memakai baju rajut membuat Ayu menahan senyum dan hujatan.

"L—lo ngapain di sini?!" Jeda, perempuan itu tergagap, "Oh, pasti pembantunya Dokter Amar, ya?"

Baiklah, untuk pasien pertama yang melihat Ayu menganggapnya sebagai pembantu. Ayu menatap keadaan halaman rumah yang bersih masih tetap sama. Sebuah motor matic terparkir, tanpa seorang lelaki yang menunggu. Berarti perempuan di depannya itu datang sendirian?

"Hamil duluan, ya?"

Deg!

Fatin tidak mampu menjawab, sampai Ayu pun melanjutkan ucapannya. "Udah berpengalaman, ya, tunggu aja nanti kabar hamil di luar nikah!" Ayu mengulang ucapan Fatin waktu lalu, saat ia didatangi dan dicerca oleh Asinta.

"Kalo ngomong, tuh, dijaga, ya! Mana Dokter Amar?" Mengalihkan pembicaraan menjadi senjata.

Ayu mendekap kedua tangannya di dada. "Dijaga atau berhasil makan omongan sendiri, nih? Masa, sih, seorang Fatin yang kaya raya, cantik jelita, datang ke dokter kandungan tanpa suami?" sindirnya, membuat Fatin menahan emosi, hingga kedatangan Amar yang dinanti menjadi penyelamat.

"Dok! Suruh pembantunya jaga, tuh, mulut! Gak sopan banget," sungut Fatin.

Amar menatap Ayu bingung. "Ada apa memangnya?"

Ayu menoleh. "Dia hamil duluan 'kan, Sayang?"

Bola mata Fatin membulat sempurna, sayang? Maksudnya apa coba?

"Privasi pasien, kamu gak boleh tau!" Tanpa permisi, Amar mencium sekilas pipi kanan Ayu. "Masuk sana."

Ayu tersenyum senang. "Iya ... awas, kasih pengobatan khusus untuk teman goblok aku, ya." Ayu melambaikan tangannya, sedangkan Fatin masih diam terpaku tak mampu memercayai adegan barusan.

Tubuh Ayu sudah hilang dari pandangan, Amar mempersilakan Fatin masuk ke dalam. Namun, Fatin dengan cepat pamit pulang. Ia benar-benar merasa malu. Jadi, Dokter Amar adalah suami Ayu? Sangat tidak pernah dibayangkan! Amar menahan tawa, lalu memilih masuk ke dalam rumah. Mendapati Ayu sudah mempersiapkan sarapan pagi dengan sajian khas yang ia bisa masak. Ada sayur sup, bola-bola mie, sampai ikan goreng.

"Jadi, itu teman kamu?" tanya Amar.

"Temen satu kelas!"

Amar tertawa. "Katanya, dia 'kan cerita, ya, cowoknya gak tanggung jawab, terus dia nanggung sendiri, deh."

"Kasian, padahal duitnya banyak." Ayu menertawakan nasib Fatin yang dulu selalu merendahkannya dan pastinya sempat menyinyir soal hamil duluan, padahal dia sendiri yang hamil duluan.

Ternyata likuan tajam di setiap rumah tangga itu selalu ada, setelah tiga bulan pernikahan Ayu baru dikaruniai seorang buah hati. Menjaga agar kandungannya baik-baik saja, tentunya dibantu oleh Amar yang sudah berpengalaman. Di balik rasa bahagia yang dinantikan itu, Amar semakin sibuk pula membantu Dokter Fadil di rumah sakit. Apalagi setelah sebuah virus menyerang masuk ke negara tercinta. Memaksa para dokter berjaga, agar tubuh mereka tetap sehat untuk memberikan layanan bagi pasiennya.

Virus mematikan itu menyebar di beberapa negara lainnya pula. Memaksa seseorang tidak banyak beraktifitas di luar, membuat status Amar yang sudah menikah tidak banyak dilihat orang. Ada pula yang sudah tahu, tapi mereka tetap bersikap genit kepadanya. Bahkan terang-terangan mengajak ke tempat haram. Namun, Amar tetap bersikap santai dan profesional tidak mengkasari pasien tak tahu dirinya itu.

DOKTER AMAR BRAMASTA [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang