Gue pernah dengar kata-kata ini dari salah satu drama korea "Ada syarat agar bisa sepenuhnya sembuh dari luka yaitu, kamu tidak boleh memaksakan diri untuk menghapus lukamu. Kamu harus menerima dan mencintai luka itu. Tiap luka akan menjadi peta untuk kehidupan kita. Jadi alih-alih berusaha menyembuhkan luka-luka itu, bagaimana jika kita mencoba menerimanya saja? Karena luka sejatinya seperti GPS di kehidupan kita. Seseorang memberitahuku bahwa, tiap manusia adalah alam semesta"
Waktu dengar kata-kata itu buat gue jadi sadar, kalo sejatinya sampai kapan pun kita nggak akan pernah sembuh dari kata luka selama kita masih memaksakan diri untuk menghapusnya.
Belakangan ini gue banyak belajar, kalo ternyata justru kata-kata menyakitkan yang kita terima itu sama kaya obat. Meski bukan obat yang menyembuhkan, tapi itu menjadi obat penguat. Penguat diri sekaligus pemberi rasa kalo selamanya hidup itu bukan tentang yang indah-indah doang.
Terlebih ketika kak Jaemin hadir di hidup gue, dia bayak mengajarkan gue untuk mencintai diri gue apa adanya. Kak Jaemin udah kaya semesta di kehidupan gue.
Hidup nggak selamanya akan berjalan mulus, pasti akan ada batu-batu krikil yang menjadi rintangan di setiap momen-momen yang berjalan. Meski begitu, mohon bertahan demi pelangi di depan sana.
"Loh kak Jaemin udah nyiapin semuanya?" Tanya gue begitu kak Jaemin nyuruh gue pegang keranjang piknik rotan, yang didalam nya sudah ada berbagai macam makanan juga minuman.
"Iyaaa" jawab kak Jaemin begitu selesai masangin gue helm.
Hari ini gue sama kak Jaemin kelihatan kaya orang pacaran, maksud nya itu kaya couple-couple romantis gitu. Kak Jaemin pake kemeja satin putih dengan bawahan blue jeans , sedangkan gue pake dres putih dengan corak bunga-bunga kecil.
"Maaf ya ndut lo jadi harus panas-panasan lagi, tadi gue emang mau pake mobil kakek cuma lagi dibawa. Nggak apa kan kita pergi piknik date nya pake motor?"
"Ya ampun kak, nggak masalah. Lagian lebih enak pake motor tau"
"Tapi lo jadi kepanasan. Padahal udah dandan cantik begini" kak Jaemin natap gue nggak enakan. Padahal sumpah gue nggak masalah mau pegi pake motor atau mobil, lagian sama aja kan. Sama-sama kendaraan, yang penting sampai ke tempat tujuan dengan selamat.
"Nanti kalo makeup nya luntur, aku masih bisa makeup lagi. Ayo jalan sekarang" ajak gue dengan senyuman lebar. Sebelumnya gue nggak pernah ngelihat sisi kak Jaemin yang kaya gini.
"Mikirin apa sih?" Tanya gue ngelihat kak Jaemin yang tiba-tiba natap gue dengan pandangan sendu.
"Gue janji, kalo udah jadi dokter nanti gue bakal bawa lo keliling kemana aja pake mobil keren"
"Iya Aamiin. Kita keliling pulau Jawa berdua sampe puas"
Kak Jaemin ngusap pipi gue, tatapan matanya super teduh. Sekali lagi gue nggak pernah merasa dicintai seperti ini kecuali dari keluarga sendiri.
"Makasih ya ndut udah jadi semangat buat gue. Gue—gue sayang banget sama lo"
————
Taman Cattleya.
Begitu sampai disana gue langsung mencium udara segar dari pepohonan. Karena sekarang lagi musim liburan, jadi orang-orang yang datang lumayan ramai. Tapi yang datang lebih banyak orang-orang yang sudah berkeluarga.
Kak Jaemin bentang tikar di bawah pohon dengan pemandangan danau di depannya. Gue dari tadi nggak berhenti-henti senyum.
"Senang banget wajah nya"
"Ya jelas senang dong. Ini piknik date pertama aku"
"Sama ini juga piknik date pertama gue ndut. Wah kaya nya kita emang udah ditakdirkan berjodoh ya" ucap kak Jaemin dengan alis naik-turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Timbangan.
Teen Fiction[SELESAI] Ketika timbangan berat badan menjadi tolak ukur untuk standar kecantikan. Rinai senja, April 2021.