Ada banyak macam bentuk kebahagiaan di dunia ini. Ada orang yang senang ketika dapat nilai pas-pasan, ada orang yang bahagia ketika berhasil membeli barang impian mereka, ada juga orang yang bahagia dengan bentuk tubuh mereka.
Jadi ada banyak macam bentuk kebahagiaan dengan berbagai versi, tapi kenapa masih ada saja yang tega merusak kebahagiaan seseorang? Kadang manusia tidak pernah tau bagaimana caranya memanusiakan manusia.
Mereka terlalu banyak berkomentar, terlalu banyak meminta sedangkan mereka tidak pernah tau dengan usaha keras untuk mendapat kebagian itu. Atau apa mungkin mereka yang terlalu banyak berkomentar itu tidak pernah mendapatkan kebahagiaan, sehingga mereka dengan tega berani menghancurkan kebahagiaan orang lain.
Siang ini selepas jam pelajaran berakhir gue duduk di bangku besi pinggir lapangan buat ngelihat tim basket sekolah sedang latihan, tau kan siapa yang menjadi objek utama gue? Sudah pasti itu kak Jeno.
Mata gue nggak pernah lepas memandang setiap gerik kak Jeno, sumpah dia keren banget. Gue memangku sebotol air mineral, dari lubuk hati gue yang paling dalam gue mau ngasih air minum ini ke kak Jeno langsung tapi sayang nya gue nggak punya keberanian.
"Oi ndut.."
Ya Allah cobaan apa lagi ini. Gue memilih pura-pura nggak denger aja, tapi meski gue udah pura-pura nggak denger orang yang dengan sengaja gue cuekin ini malah tiba-tiba udah duduk disamping gue.
"Ih sombong amat" Ujar kak Jaemin.
"Mau apa sih kak?"
"Nggak mau apa-apa, cuma nyapa aja" Jawab nya.
Gue kemudian memilih mengabaikan kak Jaemin dan kembali fokus ke permainan basket kak Jeno. Bukan cuma gue doang yang nontonin mereka main, tapi juga ada yang lain bahkan mungkin hampir separo sekolahan lagi nonton. Siapa sih yang mau melewatkan moment kaya gini? Banyak cogan coi.
"Lo suka basket juga ndut?"
"Hah? Enggak kok"
Dahi kak Jaemin berkerut "Tapi lo kelihatan senang banget nonton mereka main basket nya"
Gawat nih jangan sampai Kak Jaemin curiga, pokoknya nggak ada yang boleh tau kalau gue suka sama Kak Jeno.
"Biasa aja kok"
"Hm gitu, btw ndut lo udah makan?"
"Emang kenapa kalau aku udah makan atau belum?"
Kak Jaemin nyengir lebar. "Kalau belum mau gue ajak makan lah"
"Sayangnya aku udah makan.."
"Yahhhh penonton kecewa" Ujar nya nggak jelas.
Nggak lama setelah itu permainan basket selesai agak kecewa sih soalnya cepat banget mereka mainnya padahal kan gue masih mau ngelihat kak Jeno main.
"Woi Jeno" Tiba-tiba kak Jaemin teriak sambil ngelambaiin tangganya ke Kak Jeno, gue kaget. Bukan karena teriakan kak Jaemin tapi karena kak Jeno yang noleh terus berlari kearah sini, kearah gue dan kak Jeamin. Gue hampir lupa kalau mereka ini berteman baik.
Tubuh gue kaku seketika, tapi gue berusaha buat ekting se biasa mungkin.
"Na ada minum nggak?" Tanya ke Kak Jano sambil ngelap keringat nya.
"Enggak ada"
Gue entah dapat keberanian dari mana tiba-tiba aja langsung nyodorin air mineral yang dari tadi gue pangku ke Kak Jeno.
"Ini kak minum punya aku aja, tapi serius belum aku buka kok, tutupnya masih tersegel dengan rapi.."
"Beneran buat gue?" Tanya kak Jeno sambil senyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Timbangan.
Teen Fiction[SELESAI] Ketika timbangan berat badan menjadi tolak ukur untuk standar kecantikan. Rinai senja, April 2021.