12

2.4K 254 8
                                    

Semenjak bertemu dengan Daffa di depan UKS tadi, Alea kembali berubah menjadi pendiam. Sama halnya ketika di kantin tadi, jika Yana dan Ifa sedang asyik berbincang entah apa yang diperbincangkan, Alea sibuk melamun tidak jelas.

Ah bagaimana caranya melupakan Daffa jika ia terus menerus hidup seperti ini. Entah persetan dari mana Alea ingin sekali mencurahkan apa yang dirasakannya kepada Arga. Ia pun mengambil ponselnya yang ia letakkan di bawah bangkunya.

"Le, lo dari tadi gue perhatiin dari kantin diem mulu. Lo kenapa sih?" Tanya Yana di sela - sela Alea mengotak - atik ponselnya.

Sedangkan Alea hanya melirik ke arah Yana yang duduk di kursi depannya sambil menggelengkan kepala.

"Daffa?" Tanya Ifa mencoba menebak.

"Nggak kok," jawabnya sambil sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Send

Alea merasa lega ketika pesannya terkirim kepada orang yang baru dikenalnya beberapa waktu lalu.

"Eh gimana kelanjutan lo sama Nando?" Tanya Yana antusias.

"Doain aja deh Na," jawab Ifa sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Le, Lea." Yana memanggil Lea sembari menggoyang goyangkan lengannya.

Pandangan Alea yang awalnya tertuju pada ponselnya kini ia alihkan pada Yana yang duduk di depannya. Ia hanya membalas dengan dehaman.

"Kata lo kalau lagi bareng nggak boleh sibuk sendiri." Celetuk Ifa.

Alea membenarkan ucapan Ifa, ia sendiri yang waktu itu mengucapkan hal itu. Ia hanya ingin mencurahkan apa yang dirasakannya kepada Arga. Tidak lebih dari itu. Pada akhirnya Alea meletakkan ponselnya di meja.

"Apa?" Tanya Alea kepada Yana, ia berusaha memfokuskan dirinya kepada sahabat - sahabatnya.

"Lo mau tau ngga?" Ujar Yana antusias.

Alea tidak menjawab, ia menunggu kelanjutan dari pembicaraan Yana.

"Ifa kemarin kencan sama orang yang dia kenal di telegram," ujar Yana penuh semangat sedangkan Ifa merasa malu - malu kucing.

"Lo yakin nggak mau main bot di telegram? Seenggaknya bisa bantu lo buat luapin Daffa," ucap Ifa.

"Nah bener itu, siapa tahu lo dapat pengganti Daffa yang lebih baik lagi." Yana membenarkan ucapan Ifa.

Mendengar penuturan kedua sahabatnya Alea dibuat susah menelan ludahnya sendiri. Pasalnya ia tidak mau sahabatnya tahu jika ia sudah memainkan bot itu, ia tidak mau dicap sebagai orang yang telah memakan omongannya sendiri.

"Nggak ah, nggak perlu." Alea menggaruk alisnya yang tidak gatal.

"Orang mana cowo lo?" Tanya Alea mengalihkan perhatian sahabatnya.

"Orang Bandung Le, dia kemarin janji minggu depan mau ke sini lagi buat nyamperin gue." Ifa menjelaskan.

"Fiks Minggu depan gue ikut. Lo juga Le," ujar Yana menggebu - gebu.

"Hah mau ngapain?" Alea mengernyitkan dahinya.

"Lo itu gimana sih Le, gimana pun juga kita itu harus memastikan kalau cowo yang lagi deket sama Ifa itu orang baik - baik. Lo nggak mau kan kalau Ifa disakitin lagi? Lo juga Le, kalau lagi deket sama orang bilang sama kita. Hukumnya wajib!!" Papar Yana.

"Yaelah nggak nggak, yang ada ntar kalian ganggu gue." Tolak Ifa.

"Tidak menerima penolakan. Gue takut lo ntar diculik lagi. Sebaik - baiknya orang kalau baru kenal kita harus hati - hati. Nanti gue sama Lea ngikutin lo dari belakang. Nggak usah takut kalau kita bakal ganggu kalian berdua, ntar gue sama Lea pura - pura ngga kenal sama lo. Oke?"

ANONYMOUS CHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang