26

2.2K 252 255
                                    

Daffa mengharuskan membuka matanya ketika suara perut dibawah sana cukup mengganggunya. Seharusnya sudah ada segelas susu dan roti di nakasnya yang disiapkan oleh ibunya untuk menyambut paginya, namun sayang itu hanya angan belakanya saja.

Sama seperti biasa, hal yang ia dapatkan setelah bangun tidur adalah keheningan.  Mengingat ia hanya tinggal bersama Dharma, ayahnya. Sedangkan ibunya, Daffa tidak tahu apakah ia masih hidup atau tidak. Bahkan lelaki ini belum mengetahui bagaimana wajah dari ibunya. Bahkan satu lembar foto pun Dharma tidak pernah menunjukkannya.

Daffa selalu mengharapkan kehangatan keluarga seperti yang lainnya. Seperti bapak Aksa yang punya seribu kehangatan untuk Aksa dan teman temannya.  Seperti Alea yang selalu menjadi permata bagi bunda dan papanya,  dan seperti teman temannya yang lain yang tak bernasib seperti dirinya.

Daffa ingin dibangunkan oleh ibunya ketika ia tidur,  Daffa ingin mencicipi masakan ibunya yang kata orang di luar sana masakan ibu itu adalah masakan yang paling enak di dunia,  Daffa juga ingin bercerita tentang keluh kesah yang dialaminya. Daffa hanya ingin kehangatan keluarga tercipta di dalam hidupnya.  Namun sayang,  sepertinya Tuhan tidak bisa mengabulkan itu.

Daffa hanya punya Papa untuk saat ini,  namun sayang lelaki itu disibukkan dengan urusan pekerjaannya yang menjadikan Daffa hanya memiliki sedikit waktu dengan Papanya.

Daffa ingin keluarga yang utuh dan bahagia, namun jika Papanya meminta izin untuk menikah lagi rasanya Daffa tidak rela. Tidak ada orang yang bisa menggantikan posisi ibu kandungnya. Daffa ingin memiliki keluarga yang hangat tapi hanya dengan ibu dan Papa kandungnya. Tidak dengan orang lain.

Saat ini dirinya sudah berada di dapur untuk membuat makan pagi. Lagi dan lagi lelaki itu membuat mie instan,  bukannya ia tidak bisa membuat menu yang lain namun Daffa hanya malas saja jika proses memasaknya terlalu ribet.

Jika dulu ia berpacaran dengan Alea,  gadis itu selalu memasakkan makanan keinginan Daffa bahkan ia juga tidak segan membawakan lelaki itu bekel ke sekolahnya.  Namun semenjak berpacaran dengan Leta,  Daffa tidak pernah diperlakukan seperti itu kembali. Mengingat Leta yang tak bisa memasak.

"Akhirnya makan." Daffa membawa satu piring mie instan goreng dengan telur ceplok mata sapi ke meja makannya.

Lelaki itu memakan dengan lahap, mengingat semalam ia tidak makan malam dikarenakan kecapekan. Di sela sela memakan mie buatannya tiba tiba saja ponsel yang sedari tadi ia letakkan di atas meja berbunyi yang membuat Daffa memicingkan matanya.

Leta

Nama itu tertera di layar sedang menghubungi Daffa. Entah mengapa semenjak ia berpacaran dengan Leta dirinya tidak sebucin bersama Alea dahulu,  bahkan nama kontaknya Leta hanya menggunakan nama biasa.  Sedangkan bersama Alea, lelaki itu menggunakan kalimat 'Cantik.' Bahkan nama kontak itu masih sampai sekarang,  meskipun Alea sudah menjadi cantiknya orang lain.

Daffa mengerjap setelah melamun beberapa saat dengan ponsel berada di genggamannya.

"Halo," sapa Daffa untuk mengawali pembicaraan bersama Leta.

"Sayang, di rumah sepi nih. Mamah sama Papah ada kerjaan, abang touring belum pulang,  bibi lagi libur. Nanti kamu ke sini ya," cicit Leta panjang lebar.

"Ngapain?" tanya Daffa.

"Ih masa harus dijelasin,  rumah aku lagi sepi sayang," ucap Leta seperti sedang mengkode Daffa.

"Udah pokoknya nanti kamu ke sini ya,  aku tunggu di rumah," lanjut Leta di seberang sana.

"Tapi——"

ANONYMOUS CHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang