"Lo mau makan apa?" tanya Ifa menawari Lea yang saat ini duduk di bangku kantin bersamanya.
Lea hanya menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia tidak memiliki nafsu makan. Matanya pun juga sembab, sepanjang pelajaran dirinya izin ke UKS dengan beralasan sakit. Sedangkan Yana sudah berkutat dengan bekel yang telah dibawakan oleh Vano tadi.
Ifa menghela napasnya kasar
BRAKK
Gadis ini menggebrak meja kantin yang membuat Lea dan beberapa pengunjung kantin lainnya mengerjap kaget. Bahkan sendok yang dipegang Yana sedari tadi pun terpental begitu saja.
"Gue nggak suka lo kayak gini. Cuma gara gara pria brengsek itu lo udah kayak orang mau mati!!" ucap Ifa memandang Lea tidak suka.
"Makan sekarang atau lo mati aja?"
"Serem banget ancaman lo Fa." Yana menatap Ifa yang tengah berdiri dan memberi tatapan sinis kepada Lea.
Lea menelan ludahnya pasrah, jika Ifa sudah marah tidak akan ada orang yang bisa meredamnya.
"Iya gue makan," ujar Lea dengan parau lirih.
Semburat senyum terukir dari bibir Ifa. "Gadis yang baik," ujarnya sambil mengacak - acak rambut Lea yang kemudian berlalu dari bangku untuk memesan makanan.
Bibir Lea tertarik, gadis ini merasa beruntung sekali mendapatkan dua orang sahabat yang benar benar peduli padanya. Kapanpun Lea butuh disitu pulalah keduanya ada.
🌈
"Ibu kecewa dengan kalian," ucap seorang wanita paruh baya yang saat ini tengah duduk di kursi kerjanya.
Daffa dan Devan hanya tertunduk menyesali perbuatan mereka. Seperti yang telah dikatakan oleh Aksa tadi, ruangan OSIS itu dilengkapi oleh CCTV, maka mudah saja bagi Bu Nita yang bernotaben sebagai guru BK sekaligus pembina OSIS untuk membawa Daffa dan Devan ke ruangannya.
"Ada masalah apa nak? Cerita sama ibu," bujuk Bu Nita meminta agar salah satunya bercerita.
Daffa mengubah posisi duduknya, ia mengangkat kepalanya, membusung dadanya, seorang pemimpin tak boleh terlihat lemah di hadapan orang lain.
"Maaf bu, tadi ada berkas yang hilang dan seingat saya yang membawa adalah Devan. Sekali lagi mohon maaf bu, saya tidak bisa mengontrol emosi," ujar Daffa sopan.
Devan yang mendengar penuturan Daffa langsung mengangkat kepalanya menoleh ke arah Devan. Berkas hilang? Kenapa ia tidak berbicara jujur saja, jika ia marah karena tidak terima jika dikatakan sebagai orang yang bodoh karena meninggalkan gadis sebaik Lea.
"Benar begitu Devan?"
"Hah?" Devan mengerjap kaget kala namanya dipanggil oleh Bu Nita.
"Ah iya bu, benar."
Bu Nita menarik napasnya lega, setidaknya masalah yang dihadapi oleh anak didiknya itu tidak terlalu serius.
Aksa dan Vano menunggu di luar dengan raut wajah cemas. Bagaimana jika masalah ini akan sampai di telinga kepala sekolah? Pasti akan jadi panjang urusannya.
Ceklek
Terlihat dua orang keluar dari ruangan Bu Nita yang membuat Aksa dan Vano langsung menoleh.
"Gimana? Amankan?" tanya Aksa was was.
Devan hanya mengangguk sebagai tanggapannya.
"Kantin kuy, lapar gue!!" ajak Vano kepada teman - temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMOUS CHAT
Teen FictionTentang seorang gadis yang sudah menjalin kasih bersama lelaki yang dicintainya selama 3 tahun namun ditinggal pergi karena sebuah perselingkuhan. Gadis ini berusaha mencari pelampiasan dalam aplikasi telegram yang telah diajarkan oleh kedua sahab...