27

2.1K 289 227
                                    

Alea menuruni tangga dengan pakaian yang sudah rapi dan penampilan yang sangat cantik tentunya. Kali ini ia akan pergi bersama Arga,  mengingat lelaki itu besok sudah kembali ke Lampung.

Daffa yang duduk di sofa melihat Alea terpukau. Lelaki itu sampai tidak mengedipkan matanya.

"Tidak usah melihat anak saya seperti itu,  kamu sudah menyakitinya." Ucapan Isal membuat Daffa tersentak.

"Maaf Om,  saya bukan bermaksud—"

"Semua sudah terlambat." Isal memotong pembicaraan Daffa yang belum usai.

"Pa,  Lea keluar dulu." Alea berpamitan kepada Isal.  Gadis itu belum sepenuhnya berbaikan dengan Papanya,  namun bagaimana pun juga ia tetap Papa Alea.  Lelaki yang berharap yang terbaik untuk putrinya.

"Hati - hati sayang." Isal mencium puncak kepala Alea ketika gadis itu mencium punggung tangan Isal.

Alea mengangguk kemudian berjalan keluar rumah.  Alea menghentikan langkahnya ketika langkah gadis itu sejajar dengan Daffa,  lelaki itu lebih dulu menyapanya.

"Mau pergi sama siapa Le?" tanya Daffa menatap Alea.

"Cowok gue. Arga." Setelah mengucapkan itu,  Alea melenggang pergi meninggalkan keduanya,  sedangkan Lina sibuk di dapur.

Daffa menarik napasnya pelan.  Lelaki itu tetap saja tak terima jika Alea telah menjadi milik orang lain,  padahal dirinya sendiri juga sudah memiliki kekasih.

Alea berniat datang ke tempat penginapan Arga yang tak jauh dari rumahnya. Namun rencana itu ia urungkan ketika melihat Arga sudah berada di depan rumahnya.

"Kok udah di sini?" tanya Alea refleks.

"Mau izin dulu sama Om Isal, bunda kamu juga," jawab Arga yang berdiri tepat di hadapan Alea.

"Tapikan Ga, Papa——"

"Gue nggak akan bawa lo pergi tanpa seizin orang tua lo dulu, Chi." Arga dengan cepat memotong pembicaraan Alea seakan mengerti dengan apa yang dimaksud oleh gadis itu.

"Nanti kalau Papa——"

"Gapapa, gue kan cowok. Udah seharusnya gue minta izin," ucap Arga berjalan melalui Alea sembari mengacak-acak rambut gadis itu.

Tak lama dari itu Arga memundurkan langkahnya kembali, menyetarakan dirinya dengan Alea yang masih tetap berdiri di tempat semula.

"Hari ini lo cantik banget," bisik Arga tepat di sebelah telinga Alea yang kemudian langsung masuk ke dalam rumah. Sedangkan gadis yang mendapatkan pujian itu merasakan hatinya sedang berdesir, entah apa yang ia rasakan sekarang. Pada intinya ia sangat senang mendengar pujian Arga.

🐻🐻🐻

Di ruang tamu hanya ada dua orang lelaki yang sedang duduk berhadapan. Tak ada yang mengeluarkan satu patah kata pun. Bahkan Daffa yang awalnya sangat akrab dengan Isal bahkan semua hal random ia bicarakan kini tampak diam membisu. Keadaan yang sudah merubah segalanya.

Tangan Isal mengepal erat,  rahangnya mengeras hingga memperlihatkan urat otot kecilnya. Tangannya terasa sangat gatal untuk segera memukul wajah seseorang yang ada di hadapannya ini, namun ia mengingat betul kata putrinya,  'tidak semua masalahnya juga menjadi masalah Isal.'

"Kalau bukan karena putri saya,  kamu akan habis di tangan saya," ucap Isal dengan sorot mata yang tajam.

"Maaf Om,  semua terjadi begitu saja," ucap Daffa sembari menunduk.

"Semua tidak akan terjadi jika tuan rumah tidak mempersilakan tamunya untuk masuk.  Dasar bodoh!!!" ucap Isal dengan nada suara naik satu oktaf.

Daffa tidak menjawab. Apa yang dikatakan Isal memanglah benar. Ia memang bodoh,  dan dia baru menyadari sekarang.  Ia menyesal meninggalkan Alea.

ANONYMOUS CHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang