Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“ Saya capek, boleh pinjem bahunya kak? “
Tunggu saya jangan kemana mana
Hanya lima kata yang Brian titipkan pada Jean. Dan berkat lima kata itu juga Jean rela menunggu hingga dua jam lamanya. Brian berkata ia tidak akan lama, maka dari itu Jean memutuskan untuk menunggu di halte universitasnya saja.
Jarak gedung fakultasnya menuju gerbang utama lumayan jauh dan Jean sangat tidak mau membuat Brian menunggu. Namun apa yang ia dapat?
Pada kenyataannya malah Brian yang membuat ia hampir mati jengkel karena menunggu.
Jean sebenarnya tidak apa jika memang Brian ada kesibukan mendadak dan memintanya menunggu lebih lama lagi. Ia malah berterima kasih karena sudah dibebaskan dari pekerjaan di coffee shop untuk sehari. Namun langit sepertinya memang sengaja ingin membuat Jean semakin jengkel.
Langit yang semula cerah dan matahari pun terik perlahan berubah mendung disertai awan gelap dimana mana.
Dan tak butuh waktu lama hujan pun turun dengan begitu derasnya membasahi bumi.
Menyebalkan mengingat bahwa faktanya Jean tidak suka hujan.
“ Pengen pulaanggg “
Berkali kali Jean melirik sekitarnya yang sudah sepi. Padahal beberapa saat yang lalu halte ini masih ramai oleh mahasiswa. Namun tentu saja begitu langit mulai mendung mereka semua bergegas pulang.
Menyisakan Jean sendirian.
Sudah puluhan kali ia berpikir untuk memesan kendaraan online saja untuk pulang. Namun puluhan kali itu juga ia berpegang teguh pada perkataan Brian yang memintanya untuk menunggu.
Alhasil beginilah nasib Jean, menunggu bosnya yang entah sedang berada dimana.
Ujung sepatunya mulai basah terkena hujan. Kemeja yang ia kenakan pun mulai lembab karena suhu udara yang semakin rendah.
“ Dingin…kak Brian mana sih, masa dia lupa jemput gue …. “
Jean menatap ponselnya yang sudah mati beberapa menit yang lalu karena kehabisan daya. Ia menyesal tidak menelfon Brian sedari tadi.
“ Kak Brian ngeprank gue ya? Ga lucu sumpah… “ Lirih Jean sepelan mungkin.
Ia bukan hanya jengkel karena Brian yang tak kunjung datang. Jauh di dalam hatinya ia teramat kecewa karena Brian berkata akan mengajaknya pergi. Menghabiskan sisa hari hanya berdua.
