Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“ Liburan semester ini kita menghadap orang tua kamu ya “
KLEK
“ Sayang… “
Brian menatap seluruh unit apartemennya namun ia tak dapat menemukan sosok Jean disana.
“ Jeje, kamu dimana? “
Bertepatan dengan Brian meletakkan sepatunya di dalam rak, suara Jean terdengar samar dari dalam kamar mereka.
“ Aku di kamar siniii “
Brian lantas tersenyum senang.
Terlepas dari gaya hubungan dan panggilan kesayangan yang baru, Brian memang selalu antusias dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan pria kecilnya itu.
“ Kamu udah pulang… gimana di kantor? Lancar kerjaannya? “
Senyum yang sudah mengembang itu kian melebar saat Brian mendapat rentetan pertanyaan dari mulut kecil Jean.
“ Hmm… lancar, tapi aku kangen “ Ujar Brian seraya melesak masuk ke dalam pelukan Jean yang tengah duduk bersandar di atas ranjang mereka.
Pria itu pasti terlalu serius membaca bukunya sampai sampai tidak menyadari kepulangan Brian.
“ Kangen gimana… orang tiap hari kita ketemu “
Brian merasakan jemari halus Jean mengusap belakang kepalanya.
“ Serius banget baca bukunya “ Komentar Brian seraya melepaskan pelukan mereka.
“ Hmmm iya, niatnya aku mau re-check jawaban yang tadi endingnya jadi nyesel sendiri pas tau ada yang salah “
Aahh ternyata Jean itu tipikal pemikir hasil ujian.
“ Oh iya, kamu kan masih UAS ya. Gimana gimana? Bisa tadi jawabnya? “
Jean tertawa mendengar nada bicara Brian yang terlampau semangat.
Beberapa bulan berlalu setelah kepulangan Jean, Brian berubah lebih banyak dari perkiraan siapapun yang mengenalnya.
Pria dewasa itu mulai membuka diri pada dunia.
Menunjukkan lebih banyak sisi ceria dan penyayang dari sebelumnya.
Sifat manja dan sedikit posesif yang hanya berlaku pada Jean seorang.
Dan semua tingkah laku menyenangkan yang sempat ikut terkubur bersama jasad mendiang ibu nya kini perlahan muncul kembali.
