Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“…nikmatin satu hari ini sama kakak sampe kamu seneng…”
“ Nanti saya pulang agak malem kamu makan duluan aja ga perlu nunggu “
Jean mengangguk tanpa suara. Enggan memberi komentar apapun soal jadwal Brian yang kian memadat.
“ Saya berangkat ya “
“ Ok, hati hati di jalan “
Chup
Kening nya dicium, rutinitas baru setiap Brian hendak berangkat kerja.
Klik
Pintu apartemen tertutup dan tinggalah Jean sendiri.
Hari ini ia tidak ada mata kuliah apapun.
Libur dan kesepian.
Unit apartemen ini memang kecil tapi saat Brian tak ada, rasanya sepi sekali.
Jean berjalan ke arah dapur. Bukan untuk memasak, melainkan hanya memanaskan teh untuk ia minum bersama crackers yang Brian belikan beberapa hari lalu.
Mood untuk memasak dirasa turun sekali. Padahal ia yakin moodnya baik baik saja saat membuat sarapan tadi.
“ Ajak Willy main kali ya “
Memang pada akhirnya hanya Willy, tempat untuk Jean kembali pulang.
Jean seolah mendapat suntikan semangat saat Willy mengiyakan ajakannya untuk pergi berdua siang ini.
Tak perlu repot dengan perijinan lagi sekarang karena Brian sudah memberi kelonggaran untuknya bepergian, asal dengan Willy----tidak sendiri dan tanpa pengawasan.
Tidak perlu menelpon supir kantor juga.
Jean sudah berusaha sangat keras membujuk rayu Brian soal pemberhentian antar jemput dengan supir kantor.
Tentu saja Jean menang, tapi tidak gratis.
Jean harus mau mandi bersama Brian selama seminggu penuh sebagai bayaran.
Biasanya Jean hanya menghabiskan 15 menit untuk mandi namun saat bersama Brian, ia perlu waktu berlipat lipat kali lebih lama.
Tidak apa apa, Jean suka mandi bersama.
Garis bawahi, hanya dengan Brian.
Selesai dengan teh nya, Jean lantas mengambil vacuum. Membersihkan seantero unit dengan senang hati.
