Special Chapter: Tentang Yedam

1.5K 248 81
                                    

Lampu warna-warni terang menyinari seluruh penjuru ruangan dengan suara musik diatas rata-rata. Ruangan itu dipenuhi musik edm yang volumenya memekakkan telinga.

Dibagian panggung, ada seorang DJ yang jari-jarinya lincah memainkan tuts musik berjejer dihadapannya. Seluruh orang saling menghibur satu sama lain dengan badan menempel hampir tak berjarak.

Diskotik Vollmond, begitulah ejaan tulisan besar bewarna merah yang menghiasi bagian depan tempat itu.

Diantara puluhan manusia yang menari, Yedam berada di antaranya. Meliukkan tubuhnya kekanan dan kekiri dengan kondisi pakaian yang cukup mengenaskan.

Ia memakai jeans biru terang yang belel di bagian lutut dan pahanya, atasannya kemeja navy motif tropikal, dengan tiga kancing teratas sudah tak terpasang pada tempatnya.

Rambut Yedam yang hari ini ditata sedemikian rupa tampak begitu elegan, menyatu dengan kalung rantai yang melingkar disepanjang lehernya juga dua buah anting tindik silver polos di telinga kirinya.

Tiang kokoh yang menjulang ditengah panggung dijadikan pegangan Yedam yang dengan bebas menari, meliukkan tubuhnya ringan. Malam ini, ia akan menguasai semesta dengan tariannya yang mematikan.

Kebetulan, kesadarannya sudah tertelan setengah botol alkohol yang ditenggaknya lima menit yang lalu. Rasanya, Yedam benar-benar merasakan tubuhnya ringan, melambung di udara.

Seluruh manusia disana menyoraki Yedam, membakar semangatnya seperti api membara. Yedam memang tidak bisa pole dance, tapi sekadar stripping saja ia kuasai sepenuhnya.

Beberapa kali badan Yedam dipegang, sekadar mencolek sampai meremas lengannya sensual. Sayangnya, laki-laki setengah sadar itu tak peduli sama sekali.

Setidaknya, begitu yang ia pikirkan sampai seseorang menarik pergelangan tangannya cukup erat.

Yedam merintih sedikit kesakitan, cengkraman di pergelangan tangannya cukup kuat. Sayup-sayup bayangan punggung dengan kemeja flanel hitam merah dan tas ransel hitam memenuhi pandangannya.

Punggung itu, bukan punggung yang Asing dimata Yedam. Itu punggung kekasihnya. Beberapa kali punggung itu menyapa Yedam di pagi hari begitu ia membuka mata. Meskipun daripada ditutup kemeja, Yedam lebih akrab dengan punggung telanjang saja.

Shit! Norak sekali penampilan kekasihnya malam ini! Seperti anak Kuliah!

Ah, kekasih Yedam kan memang seorang mahasiswa semester akhir.

Yedam tak mampu berdiri tegak. Langkahnya sempoyongan, ia membiarkan kekasihnya menariknya keluar dari bar, menuju mobil yang platnya bahkan telah Yedam hapalkan diluar kepala.

Begitu ada didalam mobil, kedua kaki Yedam naik keatas dashboard. Ia menoleh sejenak, mengamati anak laki-laki berkacamata yang beberapa tahun lebih muda darinya.

Yedam menarik kemeja yang kekasihnya gunakan, mengecup bibirnya sekilas, lalu kembali menyandarkan punggungnya ke samping kursi kemudi.

"Jangan marah, aku cuma nari disana," Mulai Yedam dengan mata sayunya.

Kekasihnya mencebik, meskipun gesturnya masih terasa hangat. Laki-laki itu mengancingkan kancing kemeja Yedam yang sempat terbebas, lalu mengangkat tungkai Yedam agar turun dari dashboard, sebelum menggelungnya dengan selimut biru langit polos. "Iya kamu cuma nari, mana merhatiin tatapan nafsu manusia-manusia disana waktu lihat kamu," Jawabnya sedikit ketus.

Tawa renyah Yedam terdengar, "Katanya ada praktikum?" Tanya Yedam lagi, dengan keadaan setengah sadar, waktu kekasihnya membuka sepatu yang ia pakai malam ini.

Laki-laki berkacamata itu mengangguk, "Baru pulang, kamu dari jam berapa disini?" Tanya pacarnya balik.

Yedam mencoba mengingat-ingat, "Sebelas, mungkin?" Jawabnya tidak yakin.

Sebagian Celah (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang