Jaehyuk mengembuskan asap rokok dari mulutnya ke udara. Ia baru selesai makan siang, dan sekarang masih pukul 12.44, masih ada enam belas menit lagi sebelum jam kantor dimulai kembali.
"Liat deh, itu kan anak planning yang baru," bisik Junkyu pada anak-anak yang berkumpul disana.
Jihoon yang merasa departemennya disebutkan langsung menoleh pada arah pandang Junkyu. Begitu juga Jaehyuk.
Siapa lagi yang disebut "anak planning baru" selain Hamada Asahi.
Hari ini Asahi pakaiannya sedang mendung, serba gelap. Kemeja hitam panjangnya ditimpa sleevless sweater berwarna navy, dan celana serta sepatunya berwarna hitam pekat.
Menurut pandangan Jaehyuk, Asahi itu terlihat ringkih. Bukan karena badannya yang memang kurus, karena banyak teman-temannya yang kurus tapi tidak terlihat ringkih, haruto misalnya, tapi apaya, Asahi itu tidak hanya kurus, dia terlihat lemah, rapuh, tidak berdaya.
Lihat saja sekarang, ia sedang membawa boks berukuran sedang saja kelihatannya tidak baik-baik saja. Seperempat badan bagian atasnya sampai tenggelam tak terlihat. Kepalanya tertutup sebagian boks dan hanya menyisakan dahi dan sedikit rambutnya yang menjuntai halus diterpa angin siang ini.
"Sahi!" Sapa Jihoon riang, mendekati Asahi lalu mengajaknya mengobrol sambil berjalan menuju lift.
Yang dipanggil menoleh, lalu tersenyum balik pada Jihoon, "Kak Jihoon abis makan siang?" Tanya Asahi riang.
Jaehyuk langsung menjatuhkan rokoknya yang memang sudah pendek, lalu menginjak sisa putungnya dengan sepatu. "Balik yuk," ajaknya pada Junkyu dan Haruto, teman merokoknya sedari tadi.
"Iya nih. Eh ini sample yang hari ini dateng ya? Mau dibantuin bawa nggak?" Tawar Jihoon.
Asahi tersenyum riang, "Cuma ini doang kok Kak sample nya, aku bisa bawa sendiri," Jawab Asahi.
Keceriaan keduanya tak bertahan lama, Asahi langsung canggung ketika tau ada Jaehyuk dan kedua temannya berdiri dibelakangnya menunggu lift.
"Asahi belom kenalan nih kita, nama gue Haru," Ucap Haruto riang, dia dasarannya memang tipe anak yang cerah dan riang gembira.
"Gue Junkyu, sedepartemen sama Jaehyuk," Lanjut Junkyu.
"Asahi," Jawab Asahi seadanya, ia memang membawa boks dengan kedua tangannya, jadi tidak bisa berjabat tangan dengan keduanya.
"Sahi kenapa nggak pernah ikut makan siang? Bawa bekal ya?" Tanya Junkyu, "Kalo kamu emang sering bawa bekal boleh lah lain kali kita makan bareng pas aku juga bawa bekal," Lanjutnya.
Asahi hanya tersenyum, enggan menjawab pertanyaan Junkyu.
Sampai lift menyala, dan kelima orang tersebut masuk kedalam lift bersamaan.
Asahi ada di posisi paling belakang, paling dekat dengan tembok bagian belakang lift.
"Kapan-kapan makan siang bareng yuk, Sahi. Aku punya banyak kupon starbucks buy one get one. Sayang kalo nggak dipake," Gombal Junkyu lagi, maju tak gentar mengejar Asahi.
"Asahi kecil banget, jangan deket-deket sama Junkyu, dia suka gemes sama yang travel size begini," Ucap Haruto setengah bercanda, setengah menyindir Junkyu yang sedari tadi berusaha melemparkan gombalannya pada Asahi.
Kardus Asahi bertambah ringan setelahnya, lalu ia melirik kebawah, ada sebuah telapak tangan yang membantu menyangga kardus bawaannya.
Itu telapak tangan Jaehyuk, ikut mengurangi beban dalam kardus yang Asahi bawa namun tidak memandang Asahi sedikitpun. Bayangannya yang terpantul lewat pintu lift menatap lurus kedepan.
Asahi terlalu malu menghadapi Jaehyuk sejak terakhir kali Jaehyuk memergokinya muntah setelah makan beberapa hari lalu.
Ia memang sering muntah jika tidak makan sendirian. Apalagi ketika makan lalu ada orang yang membuatnya tidak nyaman berada disekitar radarnya.
Asahi cukup tau apa yang dia derita, mengingat ia cukup update mencari informasi kesehatan lewat ponsel dan komputernya.
Ia hanya masih terlalu takut menemui profesional kesehatan. Karena dari beberapa informasi yang ia dapatkan, bertemu dengan dokter kesehatan jiwa tidak selalu jadi pilihan baik untuk semua orang yang memiliki gejala serupa dengannya.
Ketika pintu lift akhirnya terbuka di lantai kantor tempat mereka bekerja, Jaehyuk langsung mengangkat kardus yang Asahi bawa dan berjalan lebih dulu mendahului semuanya.
Asahi sedikit terkejut, lalu dengan langkahnya yang panjang -meski tetap tidak bisa menyamai langkah Jaehyuk yang lebih panjang darinya, ia menyusul Jaehyuk dibelakangnya.
Jihoon yang sedepartemen dengan Asahi juga memperlebar langkahnya, cukup bingung dengan perilaku sahabatnya yang biasanya cukup cerewet itu jadi seseorang yang diam tanpa kata.
"Kak Jaehyuk Asahi bisa bawa-"
"Makasih," Potong Jaehyuk begitu meletakkan boks diatas meja kerja Asahi.
"Ya?" Tanya Asahi bingung.
"Cukup bilang makasih, udah cukup." Ulang Jaehyuk kemudian.
Asahi memainkan ujung sweaternya, menimang banyak hal yang berlalu dikepalanya.
"Ma-makasih." Ucap Asahi terbata, kepalanya mendongak menatap Jaehyuk yang lebih tinggi beberapa sentimeter darinya.
"Makasih karena bantuin Asahi bawain boksnya, makasih juga karena nggak tanya apa-apa soal kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu." Tambah Asahi panjang lebar.
Itu kalimat terpanjang Asahi yang pernah Jaehyuk dengar.
Dan entah mengapa, senyum Jaehyuk terbit karenanya. Tangannya yang menganggur refleks mengusap pucuk kepala Asahi.
"Sama-sama. Selamat kerja lagi, Asa." Ucap Jaehyuk sebelum kembali menuju kubikel kerja di departemennya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebagian Celah (Jaesahi)
FanficDia tertutup rapat, segalanya tentangnya tak tertebak dan tak terlihat. Ia sempurna dipandang mata, namun dibalik itu semua, sebagian celah dirinya menunjukkan banyak luka Jaehyuk X Asahi bexgonisaur's proudly presents Sebagian Celah Start 30-03-202...