Chapter 11. Sudut Pandang

1.7K 351 46
                                    

Pukul setengah dua dini hari, mereka sampai di hotel tempat menginap. Mereka membooking tiga kamar. Jaehyuk sekamar dengan Junkyu, Haruto sekamar dengan Hyunsuk. Jihoon, Yedam, Asahi dan Mashiho satu kamar yang berisi satu king sized bed dengan satu extra bed.












"Sampai ketemu pagi jam delapan ya, guys. Kita cari sarapan bareng-bareng." Ucap Jihoon dengan setengah sadar. Ia mengantuk setengah mati.












Asahi masuk kedalam kamar bersama yang lainnya. Kalau yang lainnya langsung berganti piama dan tidur, lain halnya dengan Asahi.













Mungkin karena ia tertidur di mobil selama dua jam lebih, kini rasa kantuknya hilang sepenuhnya.













Ah, masalah di mobil. Asahi sadar apa yang terjadi antara dirinya dan Jaehyuk didalam mobil.













Sebenarnya, ia sempat tersadar. Kepalanya sedikit berat, dan ketika ia membuka mata, rupanya Jaehyuk menyandarkan kepalanya diatas kepala Asahi. Ia sendiri bersandar di pundak Jaehyuk.













Jujur saja, Asahi terkadang merasa kalau Jaehyuk mengistimewakan dirinya. Entah lewat gestur laki-laki itu, entah lewat godaan teman-teman Jaehyuk pada Asahi, atau yang akhir-akhir ini sedang getol, adalah ibu-ibu kantor yang sering menggoda Asahi sebagai pacar Jaehyuk.














Kalau dipikir dengan logika, siapa sih yang tidak mau didekati orang seperti Jaehyuk? Soal wajah, rasanya Asahi tidak perlu menjelaskan lebih lanjut. Sikapnya, pembawaannya, semuanya.













Tapi, Asahi tidak mau besar kepala dulu. Selama Asahi hidup, sepertinya orang yang tulus menyayanginya di dunia ini hanya dua, kakeknya, dan neneknya.














Hey, ini Jaehyuk yang Asahi maksud. Masak sih laki-laki semacam Jaehyuk naksir Asahi yang seperti remah-remah roma sari kelapa? Kan ketimpang.













Asahi mengambil ponselnya diatas kasur, lalu memakai sendal -yang tadi ia simpan di ransel, keluar dari kamar.













Asahi turun menuju lantai satu, keluar dari lobby dan berjalan menuju indomaret 24 jam di dekat hotel. Perutnya cukup lapar, dan Asahi memilih pop mie meskipun banyak makanan ready to eat lain di display.













Asahi sedang menggunting bungkus bumbu, ketika seseorang memanggil namanya dari arah kasir.













"Sahi, sendirian?" Tanyanya.














Asahi menoleh, lalu tersenyum dan mengangguk. "Laper juga?" Tanya Asahi balik, mendapati sekotak bento ready to eat yang dibawa sebelah tangan. Nasi putih, chicken katsu dengan saus manis diatasnya.













"Iya, nih. Mau makan bareng didepan? Gue manasin ini dulu tapi." Jawab laki-laki itu.













Asahi mengangguk, setelah menuang air panas dan menutup kembali pop mie nya, Asahi duduk di kursi depan indomaret.













Suasana dini hari di Yogyakarta masih terasa hangat. Entahlah, mungkin karena Asahi sering melihat banyak orang mengagumi romantisme Yogyakarta -lewat explore instagramnya.













Sebagian Celah (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang