𝑵𝒊𝒏𝒆𝒕𝒆𝒆𝒏.

2K 192 118
                                    

Buona Lettura
__________________

Keadaan siang hari ini sedang turun hujan. Tirai yang selalu terbuka lebar diruangan besar sang calon pemimpin perusahaan itu kini tertutup rapat, penerangan diruangan itu kini menyala.

Si pemilik ruangan itu tidak peduli dengan suara air hujan yang seakan menyerbu dinding kaca diruangan nya, dia berusaha untuk tetap fokus pada berkas - berkas dimeja nya. Meski terkadang selalu buyar karena memikirkan banyak hal.

Termasuk dengan apa yang sedang dilakukan kekasih nya disaat sedang hujan dengan gemuruh petir begini ? Apa dia akan bersembunyi dibalik selimut ? Atau dia masih berada dikampus ? Semoga saja dia masih berada dikampus, setidaknya dikampus ramai jadi tidak membuat kekasihnya ketakutan karena suara petir.

Dia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas siang yang berarti waktunya jam istirahat bagi pekerja kantor. Menutup berkas yang tadi dia baca lalu bangkit dari duduk nya dan berjalan keluar dari ruangan nya.

Baru saja dia membuka pintu dia dikejutkan dengan Lia yang sudah berdiri didepan nya. Dia menyentuh dada sebelah kirinya dimana letak jantung yang kini berdebar kencang karena terkejut.

"Ngagetin aja lo anjir."

"Sorry. Lunch with me ?."

Juyeon menghela nafas, dia berpikir jika menerima saja tawaran Lia. Dia sedang lelah untuk berdebat. "Oke." Ucapnya.

Mereka pergi bersama menuju kantin dengan banyak pasang mata yang menatap bingung ke arah mereka. Bukan kah bos nya sangat tidak menyukai kehadiran Lia ? Tapi mengapa sekarang mereka terlihat akrab ?

Setelah memesan makan siang, mereka nemakan nya dengan tenang, sesekali diselingi orbolan ringan.

"Eum... gue mau nanya deh. Kok banyak yang manggil lo tuan Ji ? Marga lo... bukan Hwang ?."

Kegiatan Juyeon terhenti lalu netra nya menatap Lia. "Gue punya sebuah kesepakatan, lo boleh tanya satu pertanyaan begitu juga dengan gue dan jawaban nya hanya ya atau ngga. Gimana ?."

"Kok gitu ?."

"Oke deh gue ngga usah jawab per---."

"Oke, oke gue setuju."

Juyeon menyunggingkan senyum miring nya. Dia senang Lia masuk dalam perangkapnya.

"Tadi lo tanya marga gue bukan Hwang ? Ya. Dan sekarang gue tanya, gue tau lo anak dari manajer Kim. Bukan nya gue mau nuduh tapi gue tau kalian kerjasama untuk menghancurkan hubungan gue sama Hyunjae dan setelah itu manajer Kim bisa menggantikan posisi tuan Hwang."

"Yang mau gue tanya adalah, apa bener bokap lo punya rencana yang sama dengan yang gue sebutin tadi ?."

Tubuh Lia menegang, mata nya bergerak kesana kemari mencoba tidak bersitatap dengan netra Juyeon yang sedang menatap nya tajam penuh intimidasi.

"Jawab Lia!."

Juyeon menggertak Lia membuat Lia terlonjak kaget. Kini kepalanya tertunduk seraya berkata. "Ya, Juyeon."

Juyeon tersenyum senang melihat Lia begitu mudah dijebak. Dia meraih ponsel yang sedari tadi sengaja dia letakkan diatas meja. Rekaman berharga, Juyeon membatin.

Siapa yang tau jika sedari tadi Juyeon merekam percakapan mereka ?

"Lo jahat Li."

Mendengar itu kepala Lia mendongak dan bersitatap dengan Juyeon. "T-tapi ini bukan kemauan gue Juy."

"It's the same, lo tetap jahat."

Dia menenggak minuman nya lalu berdiri dan mulai melangkah menjauh dari meja, mengabaikan teriakan Lia yang menyuruhnya untuk kembali duduk dan menghabiskan makan siang nya.

JUJAE [ 𝐌𝐲 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 ] || 𝐓𝐡𝐞 𝐁𝐨𝐲𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang