"Jadi apa yang ingin kau dengar dariku?" tanya Jovan, dengan sedikit kebaikan hati yang tersisa padanya Jovan memilih untuk tinggal dan menjawab pertanyaan Seokjin.
"Segalanya..." jawab Seokjin lirih, tubuhnya masih terasa lemah. Luka-lukanya sudah mengering namun rasa sakit itu masih ada.
Di tengah kebingungannya tentang bagaimana dia bisa berakhir di Ignis, Seokjin sadar jika untuk saat ini dia tidak bisa melakukan apapun lagi. Bahkan untuk sekedar berlari dari tempat ini. Dia terjebak di Ignis, bersama dengan para spirit.
"Aku harus mulai dari mana ya?" Jovan bertanya pada dirinya sendiri membuat Seokjin menatapnya lagi.
"Kenapa Casta menyamar menjadi siswa di sekolah kami?" Seokjin memutuskan untuk menanyakan hal itu terlebih dahulu.
Reverend Davis Ehrenreich, namanya mungkin tidak setenar nama Hoseok atau Jimin di asrama Marken. Seokjin hanya sebatas tahu jika dia adalah seorang murid dengan kemampuan yang sedang-sedang saja. Dulu saat Reverend menghentikan perkelahian Hoseok dan Jimin, Seokjin sempat bertanya dalam hati bagaimana mungkin siswa kutu buku itu menghentikan perkelahian mereka dengan mudah.
"Oh, Casta ya? At first, dia melakukannya untuk sekedar bersenang-senang. Meskipun pada akhirnya dia menikmati perannya itu dan berniat untuk bersekolah di Goldrose sampai lulus." Jovan sedikit tersenyum, teringat bagaimana Casta dengan segala tingkah anehnya memutuskan untuk bersekolah di Goldrose dan menyamar sebagai seorang pengendali bumi yang berasal dari negara Jerman.
"Aku tidak mengerti." Seokjin bergumam lemah, terlalu bingung.
Para spirit terlampau berbeda dengan apa yang selama ini mereka pelajari. Di Goldrose Academy, kelima penguasa elemen tertinggi itu selalu disebutkan sebagai roh pelindung mereka. Namun setelah bertemu dengan Irvine, Casta, dan Jovan seluruh hal yang Seokjin ekspektasikan tentang mereka menguap begitu saja. Sekarang para spirit itu terlampau nyata di hadapannya.
"Jangankan kau, kadang aku juga tidak mengerti dengan jalan pikiran Casta."
"Lalu... apa yang kalian maksud dengan kalian membutuhkan elemen apiku?"
Sebenarnya Seokjin lebih penasaran dengan apa maksud Casta yang mengatakan jika besok adalah hari terakhirnya bernafas.
Jovan menghela nafas panjang, sedikit tidak tega untuk menceritakan alasannya.
"Seperti yang kau ketahui dan pelajari, ada 5 spirit pelindung di Land of the Elements ini," Jovan menjeda kalimatnya, "Casta, aku, Irvine, Harland, dan Hakan. Istilah roh pelindung itu muncul dari para manusia putus asa yang mencari kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan ribuan tahun yang lalu."
"Aku masih tidak mengerti." kepala Seokjin serasa ingin pecah.
"Kami memberikan semua itu pada mereka dan mereka mulai menyebut kami sebagai roh pelindung. Padahal kenyataannya kami berlima adalah para immortal yang haus akan jiwa immortal lain. Land of the Elements ini terbentuk karena kami sependapat jika para manusia beruntung yang bisa mengendalikan elemen harus lebih beradab. Mereka lebih kuat dari manusia lainnya dan harus bisa menggunakan kekuatan yang mereka miliki dengan bijak. Jika pengendali elemen tidak terkendali maka keseimbangan dunia manusia sana akan terganggu. Kami mengendalikan semuanya dari balik bayangan."
Jovan lalu meneruskan ceritanya.
"Semua berjalan dengan sebagaimana mestinya. Tidak ada yang tahu siapa kami, kami bisa menjadi siapapun baik di Land of the Elements atau di dunia manusia. Mungkin ini juga bisa menjawab kenapa Casta menyamar menjadi Reverend. Namun, sekitar seribu tahun yang lalu ada insiden yang terjadi."
"Insiden apa?"
"Demon hunter."
"Demon hunter? Apa maksudnya kalian adalah demon?" suara Seokjin sedikit meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAND OF THE ELEMENTS ✅
FanfictionSelamat datang di Land of the Elements, tempat berkumpulnya pengendali elemen dari seluruh penjuru dunia. End.