16 - Dark Side

2.4K 263 39
                                    

Jimin memasuki ruang kesehatan untuk menjenguk Taehyung. Hari ini dia mendapatkan kabar jika Taehyung kembali membolos mata pelajarannya. Jimin pikir jika Taehyung akan pergi ke rooftop seperti biasanya, namun ternyata Taehyung justru pergi ke ruang kesehatan dengan alasan jika dirinya sedang demam.

Dari arah pintu Jimin bisa melihat Taehyung yang bersembunyi di balik selimut tebal berwarna biru. Jimin menghela nafas pelan sebelum melangkah untuk menghampiri sahabatnya itu.

Dengan gerakan perlahan Jimin menarik sebuah kursi dan duduk di samping ranjang yang ditempati oleh Taehyung, takut jika dia sampai menganggu tidur Taehyung.

Jimin mengerti jika Taehyung tidak benar-benar sakit. Kim Taehyung mungkin hanya butuh waktu setelah semua harapannya pupus begitu saja. Sebagai seorang sahabat, Jimin tidak bisa melakukan hal lain kecuali mendukung Taehyung.

"Sejak kapan kau ada di situ?" suara berat Taehyung terdengar meskipun pemuda itu masih berada di balik selimut.

Jimin menatapnya kaget, "Kupikir kau sedang tidur."

Taehyung membuka selimut yang menutupi kepalanya dan menoleh pada Jimin.

"Aku mencoba memejamkan mataku sejak tadi tapi aku masih saja tidak bisa tidur," keluh Taehyung.

"Apa kau masih kesulitan tidur?" tanya Jimin dengan nada khawatir.

Sepulang dari Vatn kemarin Taehyung sepertinya tidak bisa tidur. Keadaan Taehyung sekarang bisa dibilang tidak terlalu baik, wajahnya terlihat pucat, rambut ikalnya berantakan, dan ada lingkaran hitam di sekitar matanya.

"Iya," jawab Taehyung jujur.

"Cobalah meminta obat pada Miss Helda, Tae."

"Miss Helda sudah memberiku obat tapi aku masih tidak bisa tidur juga."

Jimin menepuk pundak Taehyung, "Cobalah untuk melepaskan semua bebanmu, Tae. Kau tidak boleh seperti ini."

Taehyung menunduk, "Tidak semudah itu. Aku sudah merencanakan ini semua sejak lama. Tapi hanya dalam sehari semuanya hancur. Kenapa legenda itu tidak benar? Bahkan aku sudah siap meskipun aku harus mengorbankan jiwaku sendiri."

"Kumohon berhentilah berkata seperti itu. Apa kau pikir ibumu akan senang ketika dia bangun dan kau sudah tidak ada lagi?"

Taehyung sedikit terisak.

"Ibuku sudah tidur selama bertahun-tahun, dia bahkan tidak sempat melihatku tumbuh. Aku hanya ingin Ibu kembali dan memelukku lagi Jim. Sekarang hanya dia yang kupunyai karena Ayah sudah tiada. Aku tidak keberatan untuk melakukan apapun agar Ibu bisa membuka matanya lagi."

Jimin mencoba membujuk Taehyung, "Sekarang kau harus menguatkan dirimu. Setelah ini mari kita pikirkan jalan keluarnya lagi bersama-sama."

Taehyung menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Aku tidak bisa menunggu lagi. Mungkin aku memang harus pergi ke Ignis dan menemui Hakan. Irvine tidak mungkin berbohong, pasti Hakan mempunyai obatnya."

Jimin tidak tahu harus berkata apa lagi. Taehyung itu keras kepala dan dia sungguh tidak akan berhenti sebelum keinginannya tercapai.

Ignis kedengaran seperti sebuah tempat yang buruk bagi Jimin. Taehyung benar—Irvine tidak mungkin berbohong, tapi bukankah Irvine juga mengatakan jika mereka tidak boleh pergi ke forbidden land lagi?

"Apa kau sudah lupa apa yang dikatakan oleh Irvine kemarin?"

"Tentang Ignis yang berbahaya?" Taehyung tertawa namun Jimin bisa merasakan kesedihan di balik tawa Taehyung itu.

Jimin mengangguk singkat.

"Aku tidak peduli. Aku bisa sampai ke Vatn itu berarti aku juga bisa sampai ke Ignis. Aku masih punya peta-peta itu, Jim. Aku tidak akan menyerah."

LAND OF THE ELEMENTS ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang