"Sa, kemarin aku liat kamu pulang sama laki-laki. Siapa?" Tanya Arumi yang langsung mendekatiku ketika aku baru sampai ke kelas
Aku memasukkan tasku kedalam laci, sementara anak itu sudah duduk bertopang dagu untuk mendengar ceritaku.
"Anak kelas sebelah" Jawabku singkat
"Baru masuk udah dapat gebetan aja" Ekspresi wajah Arumi membuatku ingin sekali menjitak anak itu
"Apa sih, Arum..."
"Namanya?"
"Bian"
"Wah gila kamu, Sa!" Suara Arumi meninggi
"Kenapa?"
"Itu anak yang lagi diomongin satu sekolahan"
"Aku gak denger apa-apa, tuh"
"Ya aku juga baru denger tadi pas belum masuk kelas"
"Kenapa dia? Dia ganteng?" Aku ketawa kecil
"Iya ganteng. Tapi..."
"Kenapa?"
"Katanya Ibunya stress karena disiksa suaminya gitu" Bisik Arumi
Mataku membulat, aku harus menemui Bian.
Sial! Bel berdentam sesaat sebelum aku meninggalkan kelas. Aku tidak mungkin bolos, Bian juga pasti sedang dikelasnya.
Akhirnya aku kembali masuk dan mengurungkan niatku mencari Bian. Pelajaran aku ikuti dengan setengah hati, pikiranku terbagi dua antara Bian dan rumus matematika di papan tulis. Tolong jangan contoh keburukanku yang ini. Kamu harus fokus saat belajar.
Pandanganku sesekali berganti antara papan tulis dan jam dinding yang berada tepat diatasnya. Tidak lama lagi jam istirahat dan aku harus segera menemui Bian.
Ting!
Perasaan lega menjalar ke seluruh tubuhku. Setelah guru yang mengajarku keluar, aku buru-buru ke kelas Bian, mencari sosok itu di wajah satu persatu murid. Nihil!
Aku mengalihkan pandanganku ke ujung lorong. Aku hapal sekali, itu punggung Bian. Laki-laki yang berjalan sendirian sambil memegang gitar itu adalah Bian.
Aku mengikuti langkahnya diam-diam, penasaran ia akan kemana.
Dia menaiki anak tangga dibelakang sekolah lalu membuka pintu rooftop sekolah. Ternyata itu tujuannya.
Bian duduk tak jauh dari tepi rooftop sambil menyetel senar gitarnya. Aku masih menatap punggungnya dari jauh. Angin dari atas sini menerpa seragam dan rambutku.
"Kamu jago main gitar ternyata" Ujarku kemudian duduk disebelahnya, diatas meja-meja sekolah tak terpakai
"Sa, kok tau aku disini?" Tanyanya
"Ngikutin"
"Kurang kerjaan kamu" Dia ketawa
Bian dengan gitar di pangkuannya dan dengan terpaan angin yang membuat rambutnya berantakan, benar-benar menyita seluruh perhatianku
"Kenapa sendirian?" Tanyaku
"Suka"
"Gak gabung main basket sama yang lain? Aku liat anak kelas kamu yang cowo pada main basket"
"Aku lebih suka sendiri. Berteman itu gak mudah, Sa"
"Kok ke aku bisa?" Tanyaku
"Gak tau" Kemudian Bian ketawa samar, "Kamu aneh soalnya"
"Aneh gimana?"
"Beda aja" Jawabnya
Aku diam-diam memperhatikan dia
