day six

253 63 20
                                    

Aku datang lebih awal ke kampus. Padahal jam kuliahku masih akan mulai setengah jam lagi. Kelas masih kosong dan menjadi tempatku merenung untuk sesaat. Di saat seperti ini, aku ingin pulang dan memeluk Ibu. Hatiku gusar dan peluk Ibu adalah penenang yang paling ampuh untukku.

Ngomong-ngomong, aku sudah tanya ke Ibuku soal Bian yang mencariku. Ibuku akhirnya jujur bahwa memang benar Bian pernah mencariku ke rumah. Saat itu malamnya Ibu ingin memberitahuku tapi diurungkan, mengingat Ibuku yang tak mau aku sedih lagi. Ibuku minta maaf dan tentu saja aku maafkan. Itu bukan suatu kesalahan. Justru terima kasih karena Ibuku begitu mementingkan perasaanku.

Aku menelungkupkan wajahku di atas tas. Seandainya kepalaku bisa dicopot sementara agar aku tidak perlu berpikir. Ah, tapi terlalu mengerikan.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipiku. Aku tersentak kaget.

"Pagi-pagi udah tidur" Katanya

Tebak siapa. Benar! Jenandra. Dia ini gak punya teman atau apa, sih. Kami baru bertemu beberapa kali dan dia sudah memperlakukanku layaknya orang yang sudah akrab lama dengannya.

"Nih" Dia memberikan minuman dingin yang dia pegang padaku

Aku melihat jam yang melingkar di tanganku.

"Jam delapan pagi dan aku disuruh minum soda? Dingin?" Kataku mengernyit

"Kenapa?"

Tuhan. Bolehkah aku memukul kepalanya? Eh tapi jangan. Durhaka. Dia lebih tua dariku

"Menurut kakak gimana?" Aku balik tanya

Dia cuma nyengir

"Kenapa, sih?" Tanyaku

"Apanya?"

"Kenapa gangguin aku terus?"

"Suka"

"Suka gangguin aku?"

"Suka sama lo"

Aku bingung gimana menggambarkan ekspresiku saat ini. Antara heran, kaget, dan geli.

"Bercanda" Katanya

Yap! Sudah paham aku

"Bercanda mulu"

"Lo mau serius?"

"Geli kak, asli deh" Aku ketawa. Dia juga ketawa

Tiba-tiba dia diam dan aku bisa melihat dari sudut mataku bahwa dia sedang memerhatikan aku.

"Kenapa?" Aku menatap matanya yang menatapku serius dengan senyum tipis di bibirnya

"Kak.." Aku mengagetkannya

"H-a?"

"Kenapa ngeliatin aku kayak gitu?"

"Lo mirip banget sama...."

Kalimatnya terhenti sementara aku masih menunggu lanjutannya

"Enggak" Katanya

"Sama siapa?"

Dia menggeleng

"Ya udah deh. By the way, Kak Je jurusan apa, sih?"

"Ilmu Politik" Katanya

"Ooh"

"Lo gak ngusir gue, nih?" Tanyanya

"Hm?"

"Biasanya kan ngusir"

"Cuma satu kali kok udah dibilang biasanya"

"Hahaha" Dia ketawa kencang sekali, sampai menggema

"Tapi bener deh, bentar lagi anak-anak bakal dateng. Kemarin aja aku udah ditodong pertanyaan aneh-aneh. Dikira deket sama Kak Je" Kataku

what we hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang