ordinary days

270 69 24
                                        

Aku mengerjapkan mataku, menatap langit-langit kamar yang masih terlihat kabur di pandanganku. Aku menyingkap selimut yang menutupi tubuhku. Rasanya kepalaku sakit sekali. Aku melihat kalender yang terpajang di atas meja kecil disebelah ranjangku. Terhitung sudah dua hari aku tidak masuk sekolah. Aku demam akibat kehujanan bersama Bian waktu itu.

Ngomong-ngomong soal Bian, selama dua hari sakit, aku sama sekali tidak bertemu dia. Dia tidak menjengukku ke rumah sama sekali. Aku bertanya-tanya, Bian kemana? Apa dia tidak peduli? Tapi mana mungkin. Bian bukan seseorang yang seperti itu.

Ibu membuka pintu kamarku, sepertinya mau memastikan apa aku masih tidur.

"Udah bangun, Sa? Makan dulu, yuk?" Ajak Ibuku

"Masih mual, Bu"

"Mau bubur?"

Aku menggeleng

"Ya udah minum teh angetnya dulu, nanti Ibu datang lagi harus udah mau makan. Ibu ke dapur dulu"

Ibuku memberi segelas teh hangat yang kemudian kandas aku minum. Sepertinya aku haus, bukan lapar.

Aku memandang keluar jendela. Bertanya-tanya tentang Bian.

🍂

Ini sudah buku kedua yang aku baca untuk mengusir rasa bosan. Sakit kepalaku sudah mendingan, hanya rasanya mulutku masih pahit dan tubuhku masih lemas. Bubur yang dibawakan Ibu cuma bisa aku makan setengah.

Sebuah ketukan di pintu kamarku membuat perhatianku teralih.

"Sa!" Panggil seseorang yang suaranya tidak asing di telingaku

"Arumi? Masuk, Rum" Kataku

Arumi membuka pintu setelah sebelumnya mengintip sedikit

"Sini" Panggilku

"Kamu udah mendingan? Maaf ya aku baru bisa jenguk sekarang. Kemarin sibuk banget harus nemenin Bunda"

"Iya-iya, santai aja kali" Kataku terkekeh karena wajah paniknya

Arumi diam. Seperti ada yang ingin dia katakan tapi dia bingung harus memulai dari mana.

"Kenapa, Rum?" Tanyaku

"Sa.."

"Hmm?"

"Bian.."

"Bian kenapa?!!" Mendengar nama Bian setelah dua hari tidak mengetahui kabarnya, membuat jantungku berdegup

"Kamu jangan kaget, ya"

"Kenapa, sih, Rum?" Aku memegang kuat tangan Arumi

"Bian.. Pindah sekolah"

Mataku membulat sempurna, benar-benar kaget sekaget-kagetnya

"Pindah?"

"Iya.."

"Kemana?"

"Ke luar negeri. Ikut Papanya"

Ada sesuatu yang mengalir di pipiku, rasanya ini seperti mimpi.

"Kamu bercanda kan, Rum? Dua hari lalu aku masih sama dia. Dia gak bilang apa-apa sama aku"

Tiba-tiba pikiranku melayang ke hari saat terakhir kami bertemu. Bian turun lagi dari motornya spesial untuk memelukku. Mungkin hari itu Bian sudah tau bahwa itu adalah hari terakhir kami bertemu.

"Terakhir masuk sekolah, dia cari aku buat nitip ini" Arumi memberi selembar surat yang buru-buru aku buka

Sa, ketika kamu baca ini, semoga kamu udah sehat. Maaf gak bisa jengukin. Tapi aku selalu doain kamu.

what we hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang