Aku berdiri di depan cermin memastikan bahwa aku benar-benar layak untuk pergi bersama Bian. Dress hitam selutut ini adalah pilihanku untuk merayakan anniversary kami yang kedua. Bian mengatakan dia akan menjemputku ke kost dengan mobil agar tidak ada yang melihat kami.
Berkali-kali aku memastikan penampilanku baik-baik saja, sesekali aku bermain ponsel sambil menunggu Bian muncul. Sampai suatu pesan masuk mengatakan bahwa Bian memintaku untuk bertemu langsung di restaurant yang sudah dia pesan. Beruntung malam belum terlalu larut dan masih mudah menemukan taksi. Dress ku ini agak merepotkan kalau dibawa naik motor.
Kesan pertamaku ketika memasuki restaurant adalah bagaimana desainnya yang terlihat mewah namun tetap elegan. Dominasi warna putih dan gold benar-benar membuatku merasa memasuki wilayah kerajaan. Musik yang mengalun juga menenangkan sekali, romantis.
"Dengan Mba Sasa?" Tanya resepsionis yang bertugas
"Iyaa, saya"
"Silahkan masuk, Mba. Seluruh restaurant sudah dipesan atas nama Bian Altair"
"Semuanya? Beneran?" Tanyaku polos
"Iya, Mba. Silahkan"
Wah aku merasa seperti wanita dalam film-film. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa akan merasakannya sendiri. Bian membuatku merasa spesial. Pipiku bisa-bisa kram karena kebanyakan senyum.
Tapi di mana dia sekarang? Aku sudah satu jam menunggu tapi dia tidak kunjung datang. Bahkan minumanku sudah habis dua gelas ketika menunggunya. Aku melihat jam yang melingkar di tanganku, sudah hampir jam dua belas malam dan rasanya harapanku semakin pupus bahwa Bian akan datang.
Aku berjalan lunglai keluar dari restaurant, bisa kurasakan tatapan iba dari resepsionis yang melayaniku tadi. Yaa, jangankan dia, aku pun mengasihani diriku sendiri.
Aku duduk di bangku tak jauh dari restaurant. Entah kenapa aku tidak mau langsung pulang. Aku menghela nafas panjang sambil mengamati kendaraan yang lalu lalang. Angin bertiup memainkan anak rambutku yang sesekali kusingkirkan.
"Sa!"
Aku mendongak, kudapati Bian berlari kecil ke arahku
"Maaf, maaf aku terlambat" Ucap Bian pelan
Aku menatapnya datar
"Kamu marah? Aku tau aku salah, cuma tadi ada urusan mendadak. Milly kumat, jadi..."
"Milly lagi?"
Tuhan. Aku benar-benar capek dengan semua ini.
"Sa.. Dengerin dulu"
Dadaku rasanya sesak setiap mendengar nama perempuan itu. Bertahun-tahun aku berusaha baik-baik saja tapi apakah di hari bahagia ini aku masih tidak bisa jadi yang pertama?
"Aku mau pulang, Yan. Aku udah nungguin kamu tiga jam!"
Aku menjauh tapi Bian menarikku hingga berhasil berada di pelukannya.