off

249 66 17
                                    

Aku merasa deg-degan, gugupnya hampir nyamain gugup waktu Ujian Nasional pas SMP. Kamu tau kan rasanya? Mules, pusing, keringat dingin. Ya gitu lah.

"Ma, Ini Bian" Katanya setelah mengetuk pintu

"Iya, masuk aja, Bi" Sahut Mama Bian dari dalam sana

Bian membuka pintu dan berjalan masuk diikuti olehku. Seseorang tengah menatap ke jendela dengan kursi rodanya. Aku langsung yakin bahwa ia adalah Mamanya Bian.

Mamanya berbalik dan tersenyum ke arah kami. Begitu manis. Begitu lembut. Mirip dengan Bian.

"Ma, ini temen aku" Kata Bian

"Halo, namanya siapa?"

Aku tidak menyangka bahwa aku akan disambut. Kupikir Mama Bian akan galak. Apalagi aku perempuan. Nanti dikiranya aku pacarnya Bian. Iya kalau dibolehin pacaran, kalau enggak?

"Sasa, Tante" Ucapku

"Cantik" Katanya lagi

Aku senyum, "Ini ada cheesecake. Kata Bian ini kesukaan Tante"

"Untuk Tante? Wah, makasih banyak"

Aku mendekat ke arahnya hendak memberi langsung padanya. Namun aku lihat, tangan sebelah kanan Mamanya Bian terkulai dan tak bisa bergerak.

"Tangan Tante yang sebelah kanan sakit, jadi gak bisa digerakin" Katanya

"Kalo gitu, Sasa suapin, ya Tante" Kataku

"Emang Sasa mau?" Tanyanya

Aku mengangguk. Bian yang peka langsung mengambilkan pisau kue, piring kecil, beserta garpu.

"Makasih, Yan" Kataku

"Aku ke kamar dulu, ya. Mau ganti baju" Kata Bian

"Iyaa"

Aku mulai memotong cheesecake itu dan memberikan suapan kecil pada Mama Bian

"Enak, gak Tante? Ini bikinan Ibunya Sasa. Ibu Sasa jual kue" Kataku

"Enak. Pasti jualannya laku, ya?"

"Alhamdulillah" Kataku

"Sa.."

"Iyaaa.."

"Kamu teman pertama yang dibawa Bian kerumah, loh" Kata Mama Bian

"Hehe, iya ya Tante?"

"Makasih, ya, udah mau jadi temennya Bian. Tante tau kalo Bian sering diomongin yang enggak-enggak karena Tante begini. Kasian dia jadi nggak punya temen"

Aku diam memikirkan kenapa teman-teman Bian menjauhinya. Bian anak yang baik dan pengertian. Dia jenis manusia yang akan menolongmu apapun situasinya karena kamu adalah temannya. Terutama jika itu melibatkan keselamatan.

Melihat Mamanya Bian begini, beliau terlihat sehat dan seperti perempuan pada umumnya. Tidak ada yang berbeda selain dia duduk di kursi roda dengan sebelah tangan yang sakit. Mama Bian berbicara dengan baik dan ya tidak ada yang aneh. Orang-orang memang begitu, mudah sekali termakan hasutan dan gosip.

"Tapi ngeliat Bian temenan sama kamu. Rasanya Tante tenang" Mama Bian memecah lamunanku

"Soalnya Bian baik, Tante. Makanya Sasa mau temenan sama Bian"

"Sasa juga baik" Katanya

"Tante juga"

Lalu kami tertawa bersama sambil ia mengelus puncak kepalaku dengan tangannya yang masih sehat. Syukur Bian memiliki karakter seperti Mamanya. Begitu penuh kehangatan. Bahkan dengan seseorang yang baru dikenal. Aku merasa senang bisa kenal Bian dan Mamanya.

what we hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang