"Muka kamu memar lagi" Kataku waktu kami di perjalanan pulang
"Udah biasa"
"Bisa-bisa kamu gak cakep lagi" Ucapku
"Berarti aku cakep"
"Ya gak gitu"
Iya Bian. Kamu ganteng. Kataku dalam hati. Malu mau ngomong beneran
"Kerumahku dulu" Ajakku
"Enggak, aku takut kalau Ibumu liat aku begini. Nanti dikira aku anak berandalan"
"Aku kenal Ibuku, Yan. Dia gak akan menghakimi seseorang dari apa yang bisa dilihat aja"
Akhirnya Bian menurut padaku. Dia mau ikut aku kerumah.
Faktanya, ini adalah kali pertama aku membawa teman laki-laki ke rumah.
🍂
"Assalamuallaikum" Ucapku sambil melepas sepatu
"Waalaikumsalam. Akhirnya pulang juga. Ibu kira kamu telat, Sa" Sambut Ibu tanpa berbalik karena sibuk menghias cupcake pesanan pelanggan
"Bu, Sasa bawa temen" Ucapku
Ibuku berbalik. Menatap wajah Bian sesaat sambil bersila tangan. Aku benar-benar mengenal Ibuku. Beliau bukan orang yang gampang menghakimi. Beliau lebih suka mendengarkan penjelasan lebih dulu untuk memahami situasi. Tapi jujur, aku sedikit takut kalau Ibuku tidak suka dengan penampilan Bian yang saat ini sedang kacau. Ditambah lagi memar dan lecet pada wajahnya.
"Bian, Tante" Bian memperkenalkan diri
"Mukanya kenapa?" Tanya Ibu
"Habis berantem, Tante" Jawab Bian polos
Ya ampun Bian!! Bohong sedikit kan, gak apa!!
"Berantem karena belain Sasa, Bu. Tadi Sasa dijahatin orang" Jelasku
"Siapa yang berani jahatin kamu! Kamu gak apa-apa?" Nada Ibuku meninggi, beliau pasti khawatir
"Sasa gak apa, Bu. Cuma salah paham. Tapi udah dibantuin Bian. Makanya begini"
"Aduh, ya udah cepet diobatin dulu itu, nanti infeksi" Kata Ibu
Aku kemudian membawa Bian ke ruang tengah, tepatnya ruang menonton TV.
"Tunggu sebentar"
Aku meninggalkannya untuk mengambil minum, cemilan, dan tentu saja kotak P3K.
"Cicipin kue buatan Ibuku" Aku meletakkan cheesecske dengan toping strawberry di hadapan Bian
"Makasih, Sa"
"Sama-sama. Sekarang sini deketan"
Bian duduk mendekatiku. Ini kali kedua aku mengobati wajahnya yang luka. Semoga ini terakhir. Meski kali ini tidak separah kemarin, tapi rasanya sayang sekali melihat wajah gantengnya rusak.
"Kata-kata yang diucapin Andra tadi, jangan dimasukin hati" Kataku
Kata-kata Andra yang kumaksud adalah ketika laki-laki itu bilang kalau Ibunya Bian gila. Aku tau itu menyakiti hatinya.
"Kayak yang udah aku jelasin. Ibuku gak gila. Jadi aku gak akan marah karena hal itu"
"Iya Bian"
"Sekarang Papaku lagi ke luar negeri, kadang aku berharap supaya Papaku jangan pulang lagi. Supaya aku dan Mama bisa hidup tenang. Karena sampai kapanpun, Mamaku gak akan mau ninggalin Papa" Jelas Bian
"Papamu.. Kenapa begitu, Yan?" Akhirnya pertanyaan itu lolos dari mulutku
Bian diam sebentar. Akupun menghentikan kegiatanku mengobatinya
