Tidak ada yang lebih seru dibandingkan menyaksikan murid sekelas heboh dalam menyalin PR. Sangat ricuh. Ada yang teriak, marah-marah, ketawa, bahkan yang tidak peduli juga ada.
Aku? Tentu saja sudah selesai menyalin. Aku sudah datang duluan dari tadi. Sadar diri kalau belum menyelesaikan PR, jadi ya harus datang lebih cepat. Ya ampun jangan ditiru, ya. Kamu harus mengerjakan tugasmu sendiri, meski hasilnya biasa saja tapi itu lebih membanggakan daripada menyalin hasil kerja orang lain.
Arumi kembali ke tempat duduk setelah selesai dengan misinya, misi mencontek maksudku.
"Udah?" Tanyaku
"Udah"
"Nih" Aku mengeluarkan sekotak kecil cheesecake untuknya
"Ihhhh, baik banget!" Arumi merentangkan tangannya untuk memelukku namun aku menepisnya
"Ih apaan peluk-peluk" Kataku
Dia pun memakan kue bawaanku itu sambil manyun karena penolakanku barusan
"Enaaaakk" Katanya, "Itu satu lagi buat siapa?"
Aku nyengir
"Buat dia?"
Aku mengangguk
"Dia segitu baiknya, ya? Sampai kamu sedekat itu sama dia"
"Baik, Rum"
"Karena belain kamu pas berantem sama Andra?"
"Selain itu juga baik"
"Iya deh, kalo dia macem-macem, jangan lupa bilang aku! Percuma punya temen jago karate gini" Kata Arumi
"Kenapa gak lawan si Andra, tuh. Kan dia jahatin aku kemarin"
"Badannya gede banget, Sa. Mana berani aku. Sama cewenya lah hayuk" Kata Arumi
"Badan Bian juga gede tau. Hahaha ngomong doang kamu, mah" Kataku
"Gak percayaan"
"Iya-iya percaya, Arumiii" Kataku sambil menyubit kedua pipinya
🍂
Aku memerhatikan Bian yang sedang menikmati cheesecake yang aku bawa. Dia terlalu menghayati sampai mungkin lupa bahwa ada aku disebelahnya.
"Kamu gak bawa gitar?" Tanyaku
"Bawa" Katanya dengan mulut penuh
"Ih ditelen dulu, Bian" Kataku, dia nurut
"Mana?" Tanyaku
"Diumpetin, tuh disana"
Bian menunjuk ke arah meja, bangku, dan barang-barang sekolah yang teronggok di sudut rooftop.
"Kenapa?" Tanyanya
"Mau denger kamu nyanyi lagi"
"Ya udah, karena kamu udah bawain aku cake ini. Aku mau. Bentar"
Bian berjalan ke arah tumpukan itu dan menyingkap satu terpal yang menutupi gitarnya. Dari jauh dia mengangkat gitarnya sambil tersenyum padaku. Ganteng.
"Mau lagu apa?" Dia tanya
"Hmm. Terserah, deh"
Bian mikir sebentar
"Hmm oke, aku mulai"
"Bentar bentar, jangan mulai dulu. Aku mau rekam. Boleh yaa" Pintaku
Aku mengeluarkan ponselku dari saku. Bukan android apalagi ios. Tahun segitu kalau punya ponsel yang ada kamera dan bisa internet aja udah syukur.