Aku baru saja kembali dari kamar mandi dibantu oleh Bian. Jangan salah paham, maksudku dia membantu aku berjalan ke kamar mandi lalu menungguku di luar. Bian benar-benar telaten menjagaku sampai aku khawatir dia bisa ikut sakit.
"Sasa, good morn-"
Sapaan Arumi berhenti begitu melihat Bian tengah membantuku kembali ke tempat tidur. Kukira dia akan kesal melihat Bian seperti biasanya, tapi kali itu tidak. Dia malah tersenyum penuh makna seakan mendukung kegiatan yang aku dan Bian lakukan. Aku tidak tau apa yang Bian bicarakan dengan Arumi semalam sampai bisa mengubah pikiran Arumi begitu. Tapi aku bersyukur, karena melihat sahabat baik dan orang yang aku sukai bisa berhubungan baik.
"Rum, kamu gak kuliah?" Tanyaku
"Iya ini sekalian mau berangkat" Arumi meletakkan dua bubur ayam di atas meja, "Dimakan, ya. Aku udah capek loh ngejar tukang bubur ayamnya sampe ke taman kota"
"Ngejarnya naik apa?" Tanyaku
"Motor lah, masa jalan kaki" Kata Arumi
"Yeeeu" Aku ketawa
"Sini, aku suapin" Kata Bian
"Nggak usah, aku udah gede kali, Yan"
"Sekali-kali nurut kek"
"Semalem nurut" Kataku
"Semalem nurut ngapain?" Sambar Arumi dengan penuh selidik
"Kita-"
Aku membekap mulut Bian sebelum dia menceritakan semuanya, malu. Ya meskipun cuma sekedar tidur dipeluk Bian. Lagian dia kayaknya sebelum subuh juga udah pindah ke sofa.
"Gak jadi deh, gak dibolehin sama Sasa" Kata Bian sambil mengaduk bubur yang kemudian aku hentikan karena aku tidak suka bubur diaduk
"Awas kalo yang aneh-aneh! Udah ah aku mau ke kampus" Ujar Arumi
"Hati-hati, Rum. Makasih sarapannya"
Arumi cuma menaik turunkan alisnya kemudian meninggalkan aku berdua dengan Bian.
"Kamu gak apa-apa di sini terus?" Tanyaku pada Bian, dia meletakkan sendok yang ia pegang
"Maksudnya?"
"Milly.. Biasanya sama kamu terus"
"Milly balik ke Kanada pagi ini, mungkin bentar lagi terbang. Mendadak" Bian melihat jam yang melingkar di lengan kirinya, "Kenapa?"
"Gak kamu anterin?" Tanyaku balik
"Aku bilang kamu sakit dan dia ngertiin"
"Aku jadi gak enak"
"Mikir yang aneh-aneh mulu sih" Kata Bian
"Jadi, kamu bisa di sini terus nemenin aku karena Milly gak ada?"
"Ngomong apa, sih, Sa?" Bian mencubit hidungku yang tidak mancung-mancung amat ini
Aku memajukan bibirku cemberut.
"Salam kamu ke Mama udah aku sampein, katanya salam balik"
"Mama sehat?"
"Sehat, Mama sekarang udah sering senyum"
"Syukur, deh, Yan"
"Ya udah makan lagi, ya"
Bian benar-benar merawatku dengan baik. Setelah pulang kuliah dan latihan, dia menjengukku di rumah sakit sampai saatnya aku diperbolehkan pulang. Kak Je? Aku gak tau dia ke mana. Sepulang dari rumah sakit aku harus bertemu dia untuk berterima kasih dengan benar.