Si Bungsu
.
.
.
.
.Kurang 3 hari lagi menjelang ujian. Beomgyu yang dihantui kesepakatan untuk mendapat nilai bagus jadi panik. Disatu sisi ia ingin mendapat nilai bagus agar bisa masuk ke sekolah yang sama dengan kedua saudaranya. Tapi disatu sisi juga ia takut, apalagi mengingat ia memiliki DNA Ayah Jaehyun.
Hari ini Beomgyu belajar sendirian. Karena Taehyun sebagai guru les pribadi nya tengah mengikuti persiapan lomba olimpiade disekolah.
Beomgyu belajar dengan Taehyun saja kadang masih malas dan tak faham. Lalu sekarang, ia harus belajar sendiri? Beomgyu yakin, hanya perlu 10 menit untuknya bertahan di meja belajar.
"3... 2... 1! Dah pas 10 menit, adek baringan sekarang. Kepala pusing banget liat buku"
Beomgyu berdiri dari duduknya dan berbaring dikasurnya. Ia menutup mata lalu berguling ke kanan kiri. Baru saja akan terlelap, suara dari depan pintu kamarnya membuat terbangun dan tersenyum kecut.
"Adek! Ga lagi bobok kan? Mau ujian loh, jangan males gitu ih. Bunda ga suka"
"Ih enggak loh bun! Bunda buka sendiri deh pintu nya. Adek nih lagi belajar"
Sesuai dengan ucapan Beomgyu barusan, terbukalah pintu kamarnya. Menampilkan sosok Taeyong yang berdiri didepan pintu kamar Beomgyu dengan celemek yang masih menempel.
Disana Taeyong melihat Beomgyu yang terduduk tegak dimeja belajarnya. Tengah tekun menulis sesuatu dibuku tulis.
Dihampirinya Beomgyu disana. Dilihat apa yang anak bungsunya lakukan. Lama kelamaan wajah anak bungsunya mulai terlihat lesu. Ia tundukkan kepalanya dan terlihatlah bibir mengerucut sebal ala Beomgyu.
"Aduh... Kok gitu sih mukanya? Semangat dong! Katanya lulus nanti mau satu sekolah sama kakak abang. Harus bagus nilainya biar bisa masuk sana"
Ucapan semangat itu hanya didengar saja oleh Beomgyu. Tak ada dorongan untuk tubuhnya menjadi semangat.
"Kenapa kita ga pake kekuatan orang dalem aja bun? Kan asik tuh, adik diem dirumah aja udah pasti keterima hehe"
Bletak!
"Ngawur aja! Seenggak berakhlaknya abang kamu, tapi dia masuk sana pake nilai loh"
Akhirnya! Beomgyu tertarik dengan pembicaraan ini. Beomgyu menoleh kearah Taeyong dengan semangat 45.
"Adek belajar dibawah ya bun? Temenin tapi belajarnya"
"Hm? Tiba-tiba banget nih? Tapi yaudah ayo bunda temenin belajar"
...
"Udah sana belajar. Bunda udah disini"
Bukannya membuka bukunya, Beomgyu malah menyandarkan dagunya ke lutut Taeyong yang tengah duduk disofa. Ia tersenyum manis sampai gigi putihnya terlihat.
"Ayo ceritain abang kok bisa masuk sana padahal dia bego"
"Hadeh... Harusnya bunda udah ngira kamu tuh ada maunya"
Bukannya merasa bersalah, Beomgyu malah tertawa.
"Kok abang bisa masuk sana sih? Dia kan bego mah"
"Hush! Bego begitu dia tetep anak bunda"
Sudahlah. Kalau membahas Jeno, semua orang rumah pasti akan membongkar semua aibnya. Sampai terkadang Jeno bingung, dia ini anak kandung apa anak pungut sih?
"Tapi waktu ujian tuh, abangmu rajin loh. Dia beneran belajar waktu itu. Ya meskipun nilai dia mepet sih. Tapi dia keterima karena dia belajar. Masa adek kalah sih dari abang? Cupu nih anak bungsu bunda"
Mendengar ini Beomgyu jadi berfikir. Masa iya dia kalah dari si abang yang notabe nya seperti orang tak ada selera sekolah?
"Oke! Adek bakal belajar! Adek bakal yakinin bunda kalo ntar adek masuk ke sekolah kakak sama abang pake nilai! Liat aja nanti"
Senanglah diri Taeyong mendengarnya. Si anak bungsu yang tadinya lemas tak bertenaga kini menjadi berubah 180°. Semangat terlihat menggebu-gebu dimata Beomgyu yang kini tengah mencatat.
"Kalo liat kamu gini, jadi inget waktu bunda ngajarin kamu dasar membaca"
Tangan Beomgyu kembali terhenti. Ia melirik kearah Taeyong sebentar lalu kembali melanjutkan mencatat. Membiarkan sang Bunda bercerita.
"Dulu tuh ya... gatau kenapa tiap ngajarin kakakmu, abangmu, bahkan kamu sendiri... Kendalanya tuh sama. Dari tahun ke tahun"
"Hm? Apa emang bun?"
"Kalo disuruh ngeja yang ada huruf a sama o selalu kebolak-balik"
Kali ini tangan Beomgyu kembali berhenti. Ia merasa tidak enak dengan kelanjutan cerita Bundanya. Ia lirik dengan curig sembari mencoba untuk fokus mencatat.
"Masa?"
"Iyaaa, bunda masih inget 1 kata ejaan yang kesalahannya selalu sama di kalian bertiga"
"Apa emang?"
Taeyong terlihat sedikit tertawa kecil. Tangan kanan nya dengan anggun menutup mulutnya guna menahan tawa.
"Dulu, kalo kalian disuruh ngeja kata Bobi, itu udah bener. B-o Bo B-i Bi. Trus adek tau dibaca apa sama kalian waktu kecil?"
Beomgyu menggeleng kecil dengan tangan yang masih melanjutkan catatan.
"Kalian baca nya jadi Babi! Ahahahaha Bunda sampe ga abis pikir. Kok bisa sih?"
Sudah mencoba serius tapi gagal total. Beomgyu menumpahkan tawanya dengan keras. Tangannya kini benar-benar berhenti mencatat dan berganti memegang perut karena terlalu keras tertawa.
Taeyong sendir tertawa mengingat kisah itu. Dan juga makin tertawa mendengar tawa keras Beomgyu.
Karena nyatanya, Ketiga saudara itu saling memilili kesamaan. Sama-sama salah mengeja kata Bobi menjadi Babi. Sudah jelas, jika ini semua karena genetik dari sang Ayah Jaehyun, si DNA Kebegoan keluarga Jung.
To Be Continue
Halooo semua🙌
Hehe baru up:')
Sowrry🙏Oh iya! Di chapter ini asli ada kejadian nyatanya. Kejadian beberap hari lalu, anak les ku yang mau masuk TK lagi belajar fasih in bacaan. Trus dia sering banget baca huruf A jadi O, begitu pun sebaliknya. Ngakak banget aku pas itu denger dia ngeja begitu😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Daisy
AcakSeperti Bunga Daisy yang memiliki makna kesetiaan, kelembutan, kesederhanaan. Cerita ini berisi keseharian suatu keluarga. Ayah, Bunda, Kakak, Abang, dan Adek yang mengalami banyak hal. . . . . . bxb Typo dimana mana Enjoy with this story!