Jaket

1.1K 108 32
                                    

"Silakan gesekan kartunya." ucap seorang pegawai yang menjaga tempat mandi bola.

Aletta menggesekkan kartu itu lalu memberi kartu itu pada Devan.

"Bian, sini sepatunya biar Kakak bukain." kata Aletta. Bian menurut, anak itu melepas gandengannya dengan Devan dan menghampiri Aletta.

"Bian duduk disini ya," ucap Aletta.

Aletta melepaskan sepatu Bian dan memasangkan kaus kaki yang harus di pakai saat berada di dalam kolam bola.

Usainya, Bian langsung berlari ke dalam kolam bak, anak itu bergabung dengan anak-anak lain yang tengah asik bermain di sana.

Menggelengkan kepala, Aletta dan Devan memakai kaus kaki yang mereka dapat tadi. Kemudian mereka memberikannya pada pegawai tadi dan pegawai itu pun menyimpan paper bag itu di loker yang tersedia.

"Maaf, ice cream nya tidak boleh di bawa ke dalam area permainan." tegur pegawai itu pada saat Aletta hendak masuk ke sana.

"Eh iya, lupa!" kata Aletta tertawa.

"Van, gimana dong? Masih agak banyak sih ini," ucap Aletta dan Devan hanya mengendikkan bahunya.

Aletta menatap Devan dan ice cream yang ia pegang itu secara bergantian.

"Nih, kamu aja yang abisin." kata Aletta sembari memberikan ice cream itu pada Devan.

"Gak." Devan yang pada dasarnya tidak begitu suka makanan manis, ia menolak untuk menghabiskan ice cream itu.

"Ih terus gimana dong? Masih banyak lagi," ujar Aletta mengeluh sedang Devan hanya mengendikkan bahunya acuh.

"Bantuin abisin dong," kata Aletta sambil menaruh ice cream itu ke genggaman Devan.

Devan menatap ice cream itu, ia mengembalikan lagi pada Aletta. Aletta juga tak mau menerima, ia memberikannya lagi pada Devan dan begitu seterusnya.

"Van, bantuin plis." kata Aletta memohon, pria itu hanya menggeleng dan menatap Aletta datar.

"Sedikiiittt ajaa," kata Aletta lagi dan Devan menggeleng lagi.

"Ta-"

"Ibu bapak, jangan berantem ya. Itu anaknya udah ngicir main di dalem dari tadi, anaknya harus di awasi ya." ucap pegawai yang mulai gerah melihat tingkah keduanya.

Devan dan Aletta menatap satu sama lain, mereka merasa malu sekarang. Wajah Aletta memerah sebab di panggil ibu dan dianggap sudah menikah bahkan memiliki anak dengan Devan. Meski wajahnya memerah, kupu-kupu tetap berterbangan di perutnya.

"Oh iya-iya, maaf ya," kata Aletta kikuk.

"Iya, ice creamnya bisa di taruh disini saja dulu." kata pegawai itu.

"Aduh kenapa gak bilang dari tadi," ujar Aletta sembari tertawa pelan dan pegawai itu hanya tersenyum.

"Yaudah ibu bapak silakan itu anaknya ditemani dan diawasi."

Aletta membulatkan matanya, ia menatap Devan dan segera menarik pria itu ke tempat kolam bola itu.

"Ayok Van,"

>>><<<

Rintik-rintik air hujan terdengar berirama. Hawa kota yang memang sudah sejuk, bertambah sejuk dibuatnya.

Angin berhembus membawa awan petang. Terlihat langit suram membawa gumpalan air. Hujan rintik di sore itu terdengar membisik. Suara bisik itu, terganti tawa riang kumpulan pemuda-pemudi.

AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang