Ancaman Drich

2K 121 27
                                    

Matahari sudah tergelincir dari arah barat. Cahaya oren-kemerahan yang menghiasi langit perlahan mulai menghilang.

Kini Devan sedang bersama kelima sahabatnya dan mereka berada di kamar milik Devan. Mereka kini asik berkumpul bersama, seperti yang biasa mereka lakukan.

Seperti biasa, sahabat-sahabatnya itu asik bermain PS milik Devan sambil memakan snack-snack yang mereka dapat dari lemari Devan.

Devan hanya memperhatikan tingkah sahabatnya. Dia hanya duduk sambil bersandar dan tampak sedang memikirkan sesuatu.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Devan melirik ponselnya yang ada di sebelah tubuhnya. Ia sedikit terkejut saat melihat nama yang tertera diponselnya, Devan melirik sahabatnya yang ikut hening.

"Siapa Van?" tanya Rey.

"Drich!" sontak semuanya terkejut.

"Speaker Van!" Alex angkat suara.

Kamar Devan hening sekarang. Devan mengambil ponselnya kemudian menggeser tombol hijau di ponselnya dan menyentuk tombol pengeras suara.

"Hallo Van?" suara Drich terdengar dari sebrang sana.

"Ah! Gue lupa kalo lo bisu. Oke gue cuman mau bilang, permasalahan tadi pagi tentu belum berakhir sampai situ aja. Gue mau ingetin lo kalo nyawa Aletta terancam semenjak lo tolongin dia dan semenjak gue tau kalo lo ada apa-apanya sama dia. Gue juga yakin kalo lo pacar dia. Gue bakal ngelakuin apa aja untuk melukai atau apapun yang gue mau pada Aletta kapanpun dan di manapun!" suara Drich terdengar terjeda, Devan mengernyitkan dahinya sambil mengepalkan tangannya.

"Kalau lo gak mau gadis lo itu celaka, lo harus mengakui kekalahan dan tunduk pada gue! Hati-hati Van, gue gak pernah main-main sama ucapan gue!"

Tut.. Tut..

"Argh!!" Devan melempar asal ponselnya.

"Aduh anjing!" pekik Andra karena wajahnya tertimpuk ponsel yang Devan lempar.

"Gak seharusnya waktu itu jalan pagi sama dia!" Devan mengusap wajahnya kasar.

"Lo gak bisa nyalahin keadaan Van. Coba kalau waktu itu dia jalan pagi sendiri, lo pasti bakal lebih nyesel dari saat ini." ucap Rey.

"Tau lo, cewek lo mau di apa-apain masa mau lo biarin." timpal Raffa.

"Tapi gue udah bawa Aletta ke masalah gue sendiri!" teriak Devan.

"Itu artinya lo harus lebih bisa dalam ngejaga Aletta." ucap Rakha diambang pintu. Entah sejak kapan ia berdiri dan menyimak percakapan Devan bersama sahabat-sahabatnya.

Rakha menutup pintu kemudian berjalan menghampiri Adiknya kelima sahabat adiknya itu.

"Lo cinta Aletta kan?" Devan mengernyitkan dahinya saat Abangnya menanyakan hal itu.

"Kalo lo cinta dia, lo harus bisa jaga dia! Lo pangerannya, bukan yang lain. Lo, harus bisa buat dia selalu aman." jelas Rakha.

"Tapi, seperti yang lo tau sendiri Bang kalau mereka berdua nutupin hubungan mereka." ucap Karel.

"Ya, lo tau sendiri kan Bang bagaimana usaha mereka supaya mereka gak keliatan kalau mereka itu punya hubungan." timpal Alex yang sedari tadi hanya bungkam.

"Gue tau! Tapi secara gak sadar, Aletta udah jadi kelemahan untuk lo dek. Hal apa yang udah lo siapin dan usahain untuk ngelindungin dia?"

"Gelang! Gelang batik!"

"Maksud lo?"

"Devan udah nyiapin gelang batik, gelang yang Devan pakai sekarang seharusnya Aletta juga pakai. Tapi kadang Aletta ceroboh untuk gak make, alhasil tadi pagi Aletta hampir celaka Bang!" jelas Rey membuat semuanya menatap pada dirinya.

AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang