It's Time!

4.8K 236 4
                                    


Malam ini, malam pertempuran bagi kedua geng motor di Kota Lautan Api ini. Kedua geng motor ini memang telah menjadi musuh bebuyutan sejak lama dan diantara keduanya tak ada yang pernah mau mengalah. Wayman, dengan Devan sebagai ketua nya dan Jaguar, dengan Aldrich sebagai ketuanya. Kedua nya telah menjadi musuh bebuyutan. Keduanya pula telah sering beradu kemampuan, baik dengan balapan, ataupun dengan tawuran seperti yang tak lama lagi akan terjadi.

Devan dan dkk bersama semua anggotanya telah berada di dalam basecamp mereka.

"Siap?" tanya Devan memastikan. Ia tak ingin saat tempur nanti ada salah satu dari anggota nya yang tak siap dan menjadikan anggota lainnya kewalahan tuk melindungi nya dan membuat tim nya kalah.

"Siap!" jawab mereka serempak. Devan mengganggukkan kepala nya tanda ia mengiyakan dan percaya kepada semua anggota yang ada.

Sudah hampir dua jam mereka berkumpul dan bersiap untuk tempur nanti malam. Sedari tadi mereka menyiapkan segalanya dengan sangat matang dan kini mereka tengah menuju ke posisi mereka yang telah ditentukan sejak awal rencana yang telah direncanakan.

Devan sudah berada di posisi selatan dari basecamp nya itu. Ia sendiri yang memimpin anggota lainnya dari arah selatan. Ia sudah memastikan semua anggota geng nya itu dalam keadaan siap. Ia tak membawa senjata dalam tempur saat ini. Namun ia memakai krakling duri yang telah terpasang di jari-jari nya. Alat ini ia gunakan untuk menghabisi musuhnya dengan tinju nya dan lumayan fatal bila terkena. Ujung alat ini juga terdapat duri yang dapat memudahkan dirinya untuk melemahkan musuh. Kini ia bersama dengan anggota lainnya tengah menunggu serangan dari luar.

Belum ada sepuluh menit mereka menunggu. Sudah terdengar suara keributan dari arah depan basecamp. Mereka langsung was-was dan memulai bersiap untuk menyerbu musuh.

Devan sudah memberi kode pada anggota yang kini tengah bersama nya di bagian selatan ini. Ia sedang menunggu semua musuh masuk kedalam dan jika sudah maka ia akan segera mengepung mereka bersamaan dengan yang lainnya dari berbagai arah. Dengan hal itu, maka musuh akan mudah tuk ditaklukkan.

Brakkk!

Suara bantingan pintu yang ditendang oleh salah satu musuh terdengar cukup keras. Anggota inti segera menyerang. Lalu semua anggota dari empat arah segera masuk ke dalam basecamp untuk mengepung musuh secara bersamaan yang kini tengah menghadapi anggota inti Wayman.

Devan mencari cela, terdengar dan terlihat semua saling menyerang, saling meninju dan saling beradu senjata tajam hingga menimbulkan suara gesekkan dari kedua alat itu. Ia berlari ditengah kerumunan, walau ditengah-tengah ia harus mengahadapi satu atau dua musuh karena ia mendapat pukulan.

Ditengah-tengah kerumunan, Devan melihat Raffa yang tengah dikeroyok oleh musuhnya. Enam lawan satu. Bayangkan, bagaimana cara Raffa untuk melawan nya. Mungkin untuk Devan itu sangatlah mudah. Tapi untuk yang lainnya? Apakah juga akan mudah? Tentu saja belum tentu mereka bisa.

Devan menerobos sembari sesekali meninju musuh-musuh nya dengan krakling duri yang melingkar dikeempat jarinya di masing-masing tangan nya.

Di tengah-tengah kegaduhan ini, Devan melihat sahabat nya itu dikeroyok oleh musuh itu dan salah satu musuh nya itu membawa kayu balok dan memukulkannya kepunggung Raffa saat Raffa tengah melawan musuh lainnya.

"Raffa!" pekik Devan.

Bugh.. Bugh.. Bugh..

Devan meninju keenam musuh yang tadi mengeroyok sahabatnya itu dengan membabi buta. Rahang nya mengeras. Bahkan telah terlihat urat-urat dapat terlihat dari kepalan tangannya.

"Raffa!" Devan membantu Raffa untuk bangkit.

"ANDRA!" panggil Devan.

Aliandra tak mendengar. Ia sibuk melawan musuh didepan nya yang kini tengah asik berduel dengan nya.

"ALIANDRA!" Teriak Devan. Andra menoleh kearah Devan dan tak ada niatan untuk menghampiri. Ia justru kembali melanjutkan duel nya ini melawan musuh yang ada dihadapan nya.

"ALIANDRA ANJING!" Teriak Devan sekali lagi.

"CK, PAAN SIH VAN?! BENTAR OI TANGGUNG!"

"Kambing sia teh, sakit belegug! Gue belom siap ini!" omel Andra pada musuhnya itu yang memukulkan balok kayu kearah lengan kiri nya saat ia tengah lengah.

"ANDRA! BANTU GUE!" pekik Devan saat Andra datang menghampiri sambil sibuk mencecar musuh nya yang hingga kini belum ia taklukkan. Sedang Devan kewalahan menangkis beberapa pukulan dan menopang tubuh Raffa.

Devan sudah benar-benar jengkel akan sifat Andra yang keterlaluan ini. Sejak tadi ia tak bisa mengalahkan musuhnya dan hanya satu musuh? Lemah, pikirnya.

"Paan Van, paan?"tanya Andra saat telah menghampiri Devan.

Devan sudah benar-benar kesal pada Andra. Rasanya ia ingin mematahkan pangkal hidung dan leher temannya itu saat itu juga, masih bertanya pula ada apa! Apa ia tak lihat kalau Devan tengah kewalahan menopang tubuh Raffa dan harus menangkis beberapa pukulan dari lawan.

"Amanin Raffa!" perintah Devan dan memberikan tubuh Raffa pada Andra dan meninggalkan mereka berdua.

"ASTAGHFIRULLAH! BERAT JASA IYEU! KEBANYAKAN DOSA LU FA!" teriak Andra sambil menopang tubuh Raffa dan segera berjalan secara perlahan-lahan untuk keluar dari kerumunan yang kini tengah asik bergulat.

Devan memincingkan matanya, penyerangan yang ia lakukan semakin gencar. Devan sendiri tak bisa memastikan kapan tawuran ini berakhir. Hari semakin gelap, namun keributan dan kegaduhan ini justru bertambah ramai dan tak ada yang mau mengalah diantara keduanya. Salah satunya jalan untuk mengakhiri pertempuran ini ialah mencari dalang dari pertempuran ini sendiri, dan ya Raffa pernah bilang ini adalah salah satu motif dari balas dendam. Ia tahu siapa dalang dari motif pertempuran yang tengah terjadi saat ini. Namun apa motif utama dari penyerangan ini?

Devan harus mencari tahu, karena jika tidak maka tak akan ada yang mengalah dan pertempuran ini tak akan selesai sehingga semakin memperbanyak makan korban. Ia harus mencari dalang dari lawan nya maka harus ada korban yang utama yang akan menjadi korban, entah dirinya atau dalang dari penyerangan ini sendiri.

Devan semakin membabi buta melawan satu persatu musuh nya. Bahkan kini ia tengah melawan tujuh orang sekaligus, padahal ia tengah mencari dalang penyerangan ini.

Saat Devan tengah menerka-nerka, sesosok berbadan siluet yang tak asing bagi Devan berdiri tak jauh dari nya. Devan memincingkan dan menajamkan matanya hingga seringaian terlihat keluar dari mulut sesosok itu yang sangat terlihat jelas dimata Devan.

"Aldrich!" desis Devan.

Devan tersentak saat ia merasa ada seseorang yang menepuk bahunya. Seketika ia berbalik badan dan ya ia kini tengah berhadap-hadapan langsung dengan dalang dari penyerangan di markas nya saat ini. Aldrich.

"Hai, Van. Lama tak jumpa, gimana kabar lo?"

_____________________________________________________________________

Hai semua!

I'm back! Oke karena waktu itu aku telat Up, jadi sekarang aku cepetin deh Up nya:)

Haduh tangan ampe mau keriting ini buat bikin ini')

Tapi demi readers gapapa deh:)

So, jangan lupa tinggalin jejak kalian yaa! Voment yang banyak!:)

Lalu follow akun Instagram @alettastory ya:)

Thanks.

AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang