Dia Kenapa?

3.6K 177 11
                                    


Teriknya cahaya matahari pada hari ini benar-benar panas dan tinggi. Berada di luar ruangan tentu akan membuat kulit hitam dan kusam. Inilah yang tengah dirasakan oleh Devan dkk. Kini mereka tengah berdiri ditengah lapangan sembari hormat kepada tiang bendera. Sejak selesai upacara tadi, para siswa-siswa yang tak lengkap dalam berseragam terkena sanksi berjemur.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 pagi. Para siswa yang tengah dihukum masih harus bertahan menghormati bendera negara kita ini sampai jam istirahat. Masih ada waktu satu jam lagi untuk menyelesaikan penghormatan kepada bendera tersebut. Namun tidak untuk Devan dkk, mereka masih harus melanjuti hukuman lainnya karena kesalahan mereka sendiri. Sudah tau kan kesalahannya apa? Ya, hendak bolos upacara namun gagal karena Karel. Tamatlah riwayatnya setelah menjalani hukuman ini, sebab ia yang membuat dirinya dan teman-temannya gagal untuk bersantai-santai di rooftop tadi pagi. Devan dkk masih harus berjemur sehat sampai jam istirahat selesai. Mereka masih harus menjalani kegiatan berjemur sehat massal ini satu setengah jam lagi.Ya, lumayan lah untuk menyehatkan badan mereka.

"Gak ngira-ngira tuh guru!" omel Andra.

"Gara-gara nak Dugong kita berjemur!" lanjut Raffa. Karel yang tau kalau dia sedang disindir hanya diam. Lebih baik dia diam daripada dia akan lebih cepat mati nantinya akibat ulahnya sendiri. Devan hanya melirik Karel sejenak lalu menatap kearah bendera lagi.

"Gapapa Fa! Lo harusnya bersyukur soalnya dari bayi lo gak pernah dijemur! Makanya gak pinter-pinter." balas Andra enteng. Karel menghembuskan nafasnya lega saat mendengar ocehan tak bermutu yang tentu saja keluar dari mulut Andra.

"Anjing! Emang lo pinter?" balas Raffa tak terima.

"Gak sih. Tapi gue gak segoblok kayak lo." balas Andra tak mau kalah.

"Nilai matematika gue 50,sedangkan lo 35. Itu namanya gue yang lebih pinter." Balas Raffa membanggakan diri.

"Itu mah hari keberuntungan lo aja Fa! Coba hari itu kita duduk Deket Devan pasti 100 minimal 90 lah!" ucap Andra.

"Setuju gue Ama lo!" timpal Rey.

"Eh tapi bentar, ini yang bikin kita kayak gini harus dihukum!" Raffa mulai ingat dia sejak tadi hanya berniat untuk mengerjai Karel bukan berdebat dengan upil sok ganteng! Karel yang mendengar itu meneguk air liurnya dengan susah payah.

"Pelaku yang bikin kita kayak gini harus dihukum!" Andra mulai memanas-manasi keadaan. Padahal terik matahari sudah panas, pake mau ditambah.

"Hukuman nya harus berat!" Rey ikut mengompor-ngompori. Karel meneguk air liurnya dengan susah. Devan hanya diam tak merespon teman-teman nya ini. Sedang Alex yang menyadari itu tersenyum.

"Van, kalo temen bikin susah masa kita mau terima gitu aja!" Andra memulai kembali.

"Gak boleh terjadi tuh!" Alex mulai mengikuti permainan teman-temannya.

"Kalo di diemin ngelunjak Van!" timpal Rey. Rey melirik Karel yang saat ini terlihat keringat membanjiri tubuhnya karena teriknya matahari dan karena ketakutan.

"Harus dikasih pelajaran Van!" lanjut Raffa.

"Dia kan bego, lo kasih pelajaran apa aja dia gak bisa jawab! Kan dia nyontek ke Pak Boss mulu!" balas Andra.

"Goblok! Lain eta!" ucap Raffa. "Kasih pelajaran biar dia kapok, bukan pelajaran sekolah!" sambungnya.

"Udah gue atur!" tiba-tiba saja Devan membuka suara. Sebenarnya Devan tak sungguh-sungguh dengan ucapannya, dia hanya puas melihat wajah Karel ketakutan seperti itu. Rey, Alex, Andra dan Raffa tersenyum puas mendengar ucapan Devan barusan. Waktunya untuk berpesta!

AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang