Rumah Sakit

865 94 10
                                    

Aroma obat-obatan memenuhi sebuah ruangan. Di dalamnya terdapat seorang gadis yang tengah terkapar tak sadarkan diri yang masih ditangani. Lehernya berbalut kain kasa putih dengan bercak merah di depannya.

Aletta masih tak sadarkan diri. Tubuhnya terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Lukanya tak parah, tapi cukup dalam dan bisa berakibat fatal. Beruntung pisau lipat itu hanya menggores kulitnya saja. Jikalau goresannya terlalu dalam, Aletta bisa saja kekurangan darah dibuatnya.

Devan belum kunjung datang. Padahal, sudah sejak 30 menit yang lalu Aletta dan Alex tiba di rumah sakit. Entah apa yang di urusi pria itu.

Alex ingin masuk ke dalam dan mengecek kondisi Aletta kemudian memberitahu Devan mengenai gadis itu. Tapi masih terdapat seorang suster di dalam ruangan itu. Dan ia ingin menunggu suster itu selesai, karena tak ingin menganggu pekerjaannya.

Alex terduduk dengan wajah yang terlihat lelah. Rambutnya berantakan. Alex hanya mengenakan kaos abu polosnya. Seragamnya ia pakai untuk membalut leher Aletta tadi sepanjang di perjalanan menuju rumah sakit.

Seharusnya ia tak membalut leher Aletta menggunakan seragamnya yang sudah terkena keringatnya. Bekas keringatnya dapat membuat area luka terasa perih. Tapi ia tak memiliki pilihan lain. Lebih baik gadis itu menahan sedikit perih daripada ia kehabisan banyak darah.

Saat menyetir mobil tadi, ia takut Aletta kehabisan banyak darah. Belum lagi jalanan di kota itu yang cukup padat, membuat dirinya kepalang kabut. Entah sudah berapa kali ia melontarkan kata-kata kasar. Yang ada dipikirannya hanya Aletta harus segera ditangani oleh pihak rumah sakit.

Alex langsung berdiri dan menghampiri suster yang baru saja keluar dari ruangan Aletta. "Sus, gimana temen saya?"

"Pasien sudah diobati lukanya. Sekarang dia harus banyak istirahat dan jangan telat makan dan minum obat. Pasti dia sempet shock karena kejadian ini. Jadi usahakan dia gak banyak pikiran." jelas suster itu.

Alex mengangguk. "Kira-kira kapan dia sadar?"

"Sebentar lagi pasien sudah siuman. Kalau sudah siuman jangan lupa panggil dokter, supaya bisa diperiksa lagi kondisinya."

"Thanks sus."

Alex langsung masuk ke ruang rawat Aletta dan duduk di sofa yang tak jauh dari ranjang, tempat Aletta terbaring. Matanya fokus menatap Aletta. Menunggu gadis itu siuman.

Mendegar adanya bunyi akibat gerakan dari tubuh Aletta, Alex segera memencet tombol yang ada dekat ranjang Aletta. Mencoba memanggil dokter untuk segera memeriksa Aletta.

Pintu terbuka. Seorang dokter dengan langkah terburu-buru masuk. Dokter itu segera memeriksa Aletta yang sudah siuman.

"Gimana perasaan kamu? Pusing? Atau ada keluhan?" tanya dokter itu setelah memeriksa kondisi Aletta.

"Gak dok, saya gak papa." ujar Aletta dengan suara sedikit parau.

"Yasudah. Istirahat ya, jangan banyak gerak dan jangan banyak pikiran. Obatnya jangan lupa." kata dokter itu mencoba mengingatkan.

Aletta mengangguk.

"Saya permisi dulu."

"Sini biar gue bantu."

Alex membantu Aletta yang kesulitan untuk duduk.

"Lo ngerasa pusing gak Let?" tanya Alex, mencoba memastikan kondisi Aletta.

Aletta menggeleng. Pandangannya meluas, ia menatap ke sana dan kemari. Mencari keberadaan Devan.

"Devan, Devan mana?"

AlettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang