BAB 06

215 29 0
                                    

Ketika aku ada di ambang jendela tempatku bermalam kemarin, terdengar suara samar dari balik pintu kamar ini

"Wah gila, bagaimana bisa Monster Ular yang seharusnya ada di Kerajaan Langit bisa ada di hutan dekat Istana Elf!"

"Terus gimana sekarang?"

"Untung saja ada putra Kaisar Langit, dan monster itu sudah dikalahkan, kalau tidak, mungkin kita semua akan mati" ah mereka membicarakanku ya...

"Ini aneh sekali, bagaimana bisa monster langit bisa turun ke Kerajaan Elf? Seperti ada yang memanggilnya ke bawah, dan juga ini terlalu kebetulan bukan? Sepertinya monster itu dipanggil oleh si Bocah Iblis!"
Bocah iblis? Siapa itu? Apa ini ada kaitannya dengan perkataan Raja Elf tadi? Tunggu, aku melihat tubuh gadis kecil yang menghadap pintu, gadis kecil itu pastinya mendengar percakapan itu, tubuh gadis kecil yang merawatku kemarin saat ini bergetar.

Dia menutup mulutnya, seakan akan berusaha keras agar suaranya tidak terdengar, namun itu percuma saja, terdengar suara isakan yang pelan. Apa yang terjadi?

"Kamu kenapa?" aku bertanya karena penasaran, namun yang dia lakukan adalah mengelap air matanya dengan paksa, lalu membalikkan badannya, aku melihat matanya yang masih merah, matanya membulat saat melihatku, kurasa dia terkejut.

"Kamu sudah sembuh? Apa kamu terluka lagi? Kamu baik-baik saja kan?" apa yang sedang dia lakukan? Kenapa dia terlihat mengkhawatirkanku? Padahal keadaannya sendiri sangat buruk. Dia aneh, refleks aku tersenyum.

"Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku, apa kamu masih sakit??"

"Tidak"

"Namamu siapa?"

"Vian" aku memperhatikannya yang saat ini sedang melihat telingaku, kurasa dia saat ini menebak aku dari bangsa mana atau siapakah aku sebenarnya

"Namaku, Janneth Luvetius, apakah kamu tetap seperti itu dan tidak masuk lalu duduk meminum teh? Kamu sudah makan?"

Janeth? Putri pertama Raja Elf? Yang disebut memiliki Jiwa Iblis? Aku mematung sebentar, dia... dia... tidak mungkin dia itu Bocah Iblis! Ataukah dia sudah mengetahui identitasku sejak pertama kali bertemu dan berniat untuk menjadikanku sebagai kawannya? Ah entah lah, aku lebih memilih menyelidiki dia, dibandingkan langsung menyimpulkan sesuatu berdasarkan rumor.

"Belum" ya beginilah aku, aku selalu menjawab seadanya untuk pertanyaan remeh seperti ini.

"Ini makanlah, aku masih kenyang" Nasi omlete, satu-satunya menu yang tidak akan pernah aku lupakan, ibuku sudah meninggal, masakan yang pertama kali ibu buatkan untukku adalah nasi omelet telur. Aku langsung menyambar nasi omelet itu dan berharap rasanya sama seperti buatan ibuku.

Saat suapan terakhir pun, buatan ibuku tidak ada yang menyamai

"Pelan-pelan aku tidak akan merebutnya darimu, kamu prajurit Istana Langit?"

"Iya" tentu saja, bahkan seorang Kaisar Langit juga dianggap prajurit Istana Langit saat berperang. Jelas aku tidak memperjelas identitasku, karena saat ini aku berniat menyelidiki gadis kecil ini, dan berharap bahwa dia bukanlah pemilik Jiwa Iblis.

"Apakah kamu boleh tetap disini? Bukankah ada yang mencarimu nanti?" aku belum berpamitan kepada Edelain, tapi kurasa dia tidak akan mencariku, karena aku sudah sering melakukan ini. Jika aku menghilang, apakah ayahku akan mencariku? Kurasa tidak.

"Tidak ada yang akan mencariku" untuk sesaat ekspresinya berubah menjadi gelap, namun itu hanya sesaat, setelah itu dia tersenyum cerah.

"Baiklah mulai saat ini kamu akan punya satu yang akan mencarimu" entah kenapa ada perasaan aneh menyelimutiku, aku yakin dia bukanlah bocah iblis. Aku akan mencoba membujuk ayah untuk meminjamkan alat pendeteksi iblis untuk mengecek kebenaran ini.

Golden SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang