BAB 09

172 29 0
                                    

-Janneth Luvetius-

"Mama, kami sangat senang!" aku melirik asal suara ini, aku mendapati Nevan yang menatapku. Aku sudah tahu bahwa Nevan dan Nevin adalah hewan sihir, tapi aku tidak menyangka bahwa mereka menguasai kemampuan bicara dengan cepat.

Aku masih menatapnya dengan tidak percaya.

"Ada apa?" saat ini perhatianku sudah teralihkan ke Vian

"Apa kamu tidak mendengarnya? Barusan saja mereka memanggilku 'Mama'" aku kembali menatap Nevan tidak percaya.

Sedetik kemudian tatapan Vian sama denganku, kurasa Vian juga mendengar sesuatu dari mereka, tapi kenapa aku tidak mendengarnya? Ah benar juga, hewan sihir akan berbicara kepada lawan bicara yang mereka inginkan, sehingga selain lawan bicaranya tidak akan bisa mendengar percakapannya. Dengan kata lain mereka melakukan telepati.

"Mama, apakah kami boleh meminta susu?"

"Bibi, saya ingin memesan 2 botol susu" Vian langsung mengeluarkan 2 keping perak saat botol susu itu diantarkan ke kami.

"Tuan ini kelebihan 1 perak" Kata bibi penjual

"Tidak perlu"

"Terima kasih banyak Tuan"

"Hmn"

Aku langsung menyambar susu itu dan menuangkannya ke wadah, dari buku yang pernah kubaca, ibu akan memberikan susu dan ayah akan memberikan uang. Tanpa sadar aku tertawa kecil.

"Ada apa?" tanya Vian

"Tidak apa-apa, aku sangat senang karena Nevan dan Nevi sekarang bisa bicara, ya meskipun Nevi tidak banyak bicara, tapi aku tetap senang hahahaha"

"Tuh Nevi, sekali-kali kamu harus banyak bicara"

"Diam"

"Eh bukan itu yang ingin mama katakan, mama hanya senang kalian sudah bisa bicara"

"Vian kita harus merayakannya, hmm bagaimana kalau memakan ayam goreng pedas, itu salah satu makanan kesukaanku hahaha, kalian harus mencobanya"

"Kumohon" aku mengeluarkan ekspresi memelas, ternyata bukan aku saja, ketika aku melirik Nevan dan Nevi, mereka menirukan ekspresiku.

"Baiklah"

"Yey, nanti kalau kamu tidak menyukai rasa pedas, kamu bisa memesan menu yang lain hahaha"

"Tidak perlu"

"Ayo bilang terima kasih ke Vian"

Aku menatap Nevan dan Nevi, tapi mereka hanya diam.

"Sama-sama" eh kenapa Vian tiba-tiba mengeluarkan kata itu, kurasa mereka melakukan telepati hanya ke Vian.

Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan kami, Nevan sangat cerewet minta ini itu, sebenarnya aku tidak keberatan, tapi aku kasihan pada kantung uang milik Vian. Orang-orang semakin memenuhi alun-alun kota, mungkin mereka ingin melihat petasan bunga yang akan dimulai tepat tengah malam.

Aku menggendong Nevi dan Vian menggendong Nevin, takut kalau mereka terinjak kerumunan.

"Vian, apakah ini pertama kalinya kamu datang ke Festival?"

"Hmn"

"Wah berarti kamu masih belum tahu cara menikmati Festival kan? Baiklah karena langkah pertama sudah kita lakukan, sekarang langkah kedua yaitu main sepuasnya"

"Bagaimana?"

"Oke kita mulai dengan lempar dart, kamu harus dapat menancapkan lingkaran hitam paling tengah, kalau kamu bisa, kamu akan mendapatkan hadiah terbaik" aku menjelaskan tepat di depan kios permainan dart, Vian diam saja, kuharap dia mengerti penjelasanku. "Oke aku akan mulai duluan ya"

Golden SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang