Aku meraih batu sihir yang tergeletak di atas meja dan mengeluarkan mantra untuk membuka segelnya.Sebuah hologram berbentuk persegi panjang memunculkan sosok Ibuku yang saat ini sedang tengkurap.
"huk... huk... huk..." Ibu mengeluarkan darah saat batuk, ini bukan tanda yang bagus.
"Ibuuuu" tanpa sadar aku berteriak memanggilnya, aku sadar bahwa terikanku hanyalah sia-sia, saat ini aku hanya bisa menangis dan menangis, aku sangat merindukan Ibu dan Ayah.
"Lena, dengarkan Ibu..." Ibuku bersusah bayah untuk berbicara, kemungkinan ada luka serius pada tubuhnya.
"Jika... jika kamu menerima batu sihir ini..., itu artinya... Ibu dan Ayah sudah tiada, Ibu dan Ayah... hanya ingin berpesan bahwa kami sangat beruntung bisa bertemu kamu, jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri atas insiden ini, kami... kami mohon cerialah... berbahagialah... kami berdua sangat bersyukur dan bangga memiliki anak seperti Lena, kamu... harus selalu bahagia..." Ibu berusaha keras untuk tersenyum dikala luka yang menyakitkan itu.
"Lena... Ibumu benar, kamu berhak bahagia, kamu harus makan yang teratur, jangan sampai terluka saat latihan, kamu adalah anak kami satu-satunya..." Ayah tersenyum tipis, aku bisa melihat ayahku yang mengeluarkan mantra untuk menghentikan pendarahan, namun untuk kondisinya yang seperti ini, Ayah akan meninggal karena kehabisan energi sihir ditambah dengan kelelahan, bahkan wajahnya saat ini sangat pucat dan berkeringat.
"Ingat ini bukan salahmu, Lena. Ayah dan Ibu tidak akan suka kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri..." Ayah menggenggam tangan Ibu, kurasa mereka sudah tahu bahwa mereka akan berakhir tragis, bahkan Ayah menghentikan mantranya.
"Selamat ulang tahun Lena..." kalimat itu menjadi akhir dari video itu.
"Ayah... Ibu... maafkan Lena" aku menangis sesenggukan dalam keheningan malam.
Suara rintik hujan menemani kesedihanku, kurasa langitpun merasakan hal yang sama sepertiku.
----
Sudah seminggu aku mengurung diri di kamar yang asing ini, kakek mengunjungiku tiap harinya untuk menghiburku, aku... aku tidak bisa melepaskan fakta, bahwa karena aku, mereka semua terbunuh, Ayah... Ibu... Calon adikku, dan bahkan bawahanku yang bekerja untukku.Aku menatap nanar jendela yang terbasahi oleh embun sambil duduk menekuk lutut diatas ranjang, kurasa hari ini juga aku tidak bisa tidur.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.
"Lena, kumohon sadarlah... "suara kiel terdengar sangat putus asa.
"..."
"Paman dan Bibi tidak akan bahagia disana, kalau kamu seperti ini?"
Disana?
Dimanakah itu?
Aku juga ingin kesana, ke tempat Ayah dan Ibu.
"LENA SADARLAH!" Kiel menamparku dengan keras dibagian pipiku, aku menatap Kiel marah. Tapi yang kulihat hanyalah Kiel yang sedang menangis.
"Kumohon Lena... " Kiel memelukku dengan erat, bahuku terasa basah karena air mata Kiel.
"Kiel... Kumohon hentikan..."
"Tidak, aku tidak akan berhenti sebelum kamu sadar!"
"Kiel"
"Saat ini kita hanya punya satu sama lain, aku berjanji akan selalu melindungimu, jadi... jadi... kumohon jangan pernah menyerah" aku menangis dengan keras, kurasa luapan emosiku terjadi saat ini, Kiel benar, aku akan melindungi Kiel juga, maka dari itu... maka dari itu aku harus menjadi lebih kuat untuk mengalahkan Putra Mahkota Bangsa Iblis!
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Soul
FantasySebuah ramalan yang berasal dari cenayang mengatakan bahwa "Salah satu dari dua putri kerajaan bangsa Elf akan memiliki jiwa iblis yang akan menjadi musuh" menjerumuskanku ke dalam kehidupan yang gelap, namun siapa sangka aku dapat menemukan setitik...